Resesi Amerika di Depan Mata, Yellen Pilih Tekan Lonjakan Inflasi

Agustiyanti
14 Juli 2022, 20:10
amerika serikat, inflasi, amerika, resesi ekonomi, resesi
ANTARA FOTO/Made Nagi
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen memberikan keterangan pers di Nusa Dua, Bali, Kamis (14//7). Yellen hadir dalam pertemuan ketiga Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG), Bali 15-16 Juli 2022.

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen memperingatkan bahwa inflasi Amerika Serikat pada Juni yang mencapai 9,1% sangat tinggi. Ia menegaskan, upaya untuk menurunkan kenaikan harga saat ini menjadi prioritas utama pemerintah. 

Data yang dirilis Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat menunjukkan, inflasi pada bulan lalu lebih tinggi dari prediksi Dow Jones sebesar 8,8% maupun angka bulan sebelumnya sebesar 8,6%. Inflasi Juni juga merupakan yang tertinggi sejak November 1981. 

“Kami akan mendukung upaya The Fed untuk mengendalikan inflasi,” katanya pada konferensi pers di Bali menjelang pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara G20, seperti dikutip dari CNBC.

Yellen mengatakan, pemerintah juga akan mengambil langkah jangka pendek untuk menurunkan inflasi, dengan mengendalikan harga energi menggunakan cadangan minyak strategis. 

"Kami akan mendorong pembatasan harga minyak Rusia untuk menghindari potensi lonjakan harga minyak di masa depan,” katanya.

Yellen menjelaskan, hampir setengah dari kenaikan harga dalam angka inflasi terbaru Amerika berasal dari biaya energi yang tinggi. 

Ia menegaskan prioritas pemerintah saat ini adalah menurukan inflasi. Penegasan disampaikan saat menjawab pernyataan, apakah menurunkan inflasi lebih penting dibandingkan risiko resesi karena kenaikan suku bunga. Yellen percaya, pasar tenaga kerja Amerika saat ini masih sangat kuat. 

Yellen juga mengakui kenaikan suku bunga dapat memiliki efek limpahan ke ekonomi negara-negara lain, termasuk emerging market. Kenaikan suku bunga AS dapat membuat dolar menguat dan  mata uang  negara lain relatif lebih lemah. Namun di sisi lain, menurut dia, pelemahan mata uang sebenarnya membuat ekspor negara-negara tersebut lebih murah dan lebih menarik.

“Di satu sisi, penguatan dolar akan memperkuat kemampuan ekspor mereka, tetapi akan menimbulkan kesulitan bagi negara-negara yang banyak memiliki utang dalam dolar AS," kata dia. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...