Rupiah Melemah Dekati Rp15.000 per USD Jelang Pengumuman Suku Bunga BI
Nilai tukar rupiah dibuka melemah tipis satu poin ke level Rp 14.991 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini. Rupiah diramal melemah hari ini karena masih kuatnya sentimen bank sentral AS, The Fed dan pasar menanti hasil rapat Bank Indonesia (BI) siang ini.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah ke Rp 14.995 pada Pukul 09.15 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.990 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang terkoreksi 0,12%, dolar Taiwan, peso Filipina, won Korsel masing-masing 0,08%, rupee India 0,05%, yuan Cina 0,14%, ringgit Malaysia 0,1%, serta baht Thailand 0,15%.
Sebaliknya, dolar Singapura menguat bersama dolar Hong Kong masing-masing 0,06% dan 0,01%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra menilai, pasar menantikan keputusan BI siang ini terkait nasib suku bunga acuan. RUpiah diramal bergerak melemah ke arah Rp 15.020, dengan potensi support di kisaran Rp 14.950 per dolar AS.
"Bila BI masih menunda kenaikan suku bunga acuannya pada rapat kali ini, spread imbal hasil atau yield dengan bunga acuan AS akan makin menyempit. Ini membuat aset dolar AS menjadi lebih menarik, sehingga memberi tekanan ke rupiah," kata Ariston dalam risetnya, Kamis (21/7).
Sejumlah ekonom memperkirakan BI menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada pertemuan siang nanti. Meski demikian, beberapa ekonom lainya masih memprediksi bank sentral belum akan mengubah kebijakan, sehingga bunga cuan tetap di level 3,5%.
Selain itu, pelemahan rupiah masih terpengaruh oleh kuatnya sentimen The Fed. Bank sentral AS ini diperkirakan mengerek bunga acuannya lagi di sisa pertemuan tahun ini demi menurunkan inflasi.
"Selain itu, sentimen inflasi dan resesi global masih memberi tekanan ke aset berisiko termasuk rupiah," kata dia.
Analis Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 14.952 - Rp 14.997 per dolar AS pada hari ini. Senada dengan Ariston, Reny melihat pasar mengantisipasi dua sentimen, yakni keputusan BI siang ini dan sikap hawkish The Fed yang diperkirakan berlanjut.
"Perkembangan data-data terakhir dari AS masih mendukung kebijakan hawkish The Fed pada tahun ini," kata dia dalam risetnya.