BI Sebut Tiga Faktor Pendorong Rupiah Perkasa Ke Level 14.600/US$

Abdul Azis Said
12 Agustus 2022, 12:02
inflasi, bank indonesia, rupiah
ANTARA FOTO/REUTERS/Elizabeth Frantz/wsj
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell.

Nilai tukar rupiah terus menguat selama sepekan terakhir dengan berhasil kembali ke level Rp 14.600 pada perdagangan pagi ini. Bank Indonesia menyebut ada tiga faktor yang mendukung penguatan rupiah, salah satunya berasal dari rilis data inflasi AS dua hari terakhir yang menunjukkan penurunan.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka menguat ke level Rp 14.749 pada perdagangan pagi ini di pasar spot. Penguatan berlanjut hingga level Rp 14.685 pada pukul 11.15 WIB. Ini merupakan performa terbaik rupiah selama dua bulan terakhir.

"Pelaku pasar lebih confident sehubungan rilis data AS belakangan ini yang mendorong ke arah optimisme, yaitu mulai dari data sektor tenaga kerja yang membaik, angka inflasi konsumen dan produsen yang juga mengalami penurunan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto kepada Katadata.co.id, Jumat (12/8).

Data inflasi produsen AS bulan Juli yang dirilis semalam menunjukkan penurunan tingkat inflasi, selaras dengan inflasi konsumen AS yang juga turun dalam rilis sehari sebelumnya. Inflasi harga produsen AS tercatat deflasi 0,5% secara bulan, sedangkan secara tahunan juga melemah dengan inflasi 9,8%. Inflasi harga konsumen AS secara tahunan pada Juli turun ke 8,5% dari bulan sebelumnya mencapai 9,1%.

Sepekan sebelumnya, pemerintah AS juga melaporkan penyerapan tenaga kerja baru meningkat pada Juli, tercermin dari angka non farm payroll (NFP) yang naik 528 ribu, di atas perkiraan Dow Jones 258 ribu. Angka pengangguran juga lebih rendah yakni 3,5% dari perkiraan 3,6%.

Selain faktor eksternal, penguatan rupiah juga ditopang data dari domestik yang menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi. "Pelaku pasar juga confident terhadap ekonomi Indonesia setelah rilis data PDB kuartal kedua yang di atas ekspektasi, disamping angka trade balance yang juga positif," kata Edi.

Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,44% pada kuartal kedua lalu. Ini melanjutkan pertumbuhan tahunan di level 5% selama tiga kuartal terakhir. Surplus neraca dagang juga melanjutkan surplus selama 26 bulan beruntun pada bulan Juni.

"Faktor pendorong ketiga yakni valuasi terhadap aset kita pun dinilai cukup kompetitif dan menguntungkan," kata dia.

Edi menyebut penguatan rupiah beberapa hari terakhir terjadi karena market driven. Daya tarik aset dalam negeri mendorong masuknya modal asing selama dua hingga tiga pekan terakhir. Di sisi lain, penguatan rupiah juga dibantu oleh suplai valas dari para eksportir.

Meski demikian, analis DCFX Lukman Leong melihat penurunan inflasi AS pada Juli tidak serta merta bisa mendukung penguatan rupiah. Karena itu, ia memperkirakan nilai tukar bisa bergerak melemah hari ini hingga level Rp 14.850 per dolar AS.

"Rilis angka inflasi AS yang lebih rendah pada hari rabu kemarin belum tentu mengartikan the Fed akan less agresif kedepannya," ujarnya kepada Katadata.co.id

Sejumlah pejabat The Fed juga memberikan komentar soal kenaikan bunga beberapa hari terakhir. Mereka mengindikasikan kenaikan suku bunga masih berlanjut pada pertemuan September seiring inflasi yang masih jauh dari target 2% sekalipun memang turun pada Juli.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...