Rupiah Dibuka Menguat 14.891/US$ Ditopang Kenaikan Bursa Saham Asia
Nilai tukar rupiah dibuka menguat tujuh poin ke level Rp 14.891 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Penguatan rupiah menyusul indeks saham yang terpantau bergerak positif.
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah tipis ke arah Rp 14.892 pada pukul 09.20 WIB. Namun ini belum melewati level penutupan kemarin di Rp 14.898 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak variatif. Penguatan juga dialami yen Jepang 0,06%, won Korea Selatan 0,08%, dan ringgit Malaysia 0,1%. Sebaliknya, dolar Singapura terkoreksi 0,09%, dolar Taiwan 0,13%, rupee India 0,12%, yuan Cina 0,14% dan baht Thailand 0,27%. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah bisa menguat hari ini seiring perbaikan di pasar saham. Kurs garuda bisa menguat ke arah Rp 14.870, dengan potensi pelemahan di Rp 14.920 per dolar AS.
Ia menyebut sentimen pasar terlihat positif terhadap aset berisiko pagi ini. Indeks saham Asia-Pasifik terlihat bergerak positif. Nikkei 225 Jepang menguat 0,91% bersama Kospi Korea Selatan 0,42% dan Straits Times Index STI 0,36%. S&P/ASX 200 Australia menguat 0,5% dan S&P NZX 0,77%. Sedangkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menghijau dengan kenaikan 0,4% pagi ini.
"Pasar masih melihat peluang pertumbuhan di aset berisiko di tengah berbagai isu negatif seperti resesi, inflasi dan pengetatan moneter," kata Ariston dalam risetnya, Selasa (30/8).
Meski demikian, sentimen kenaikan bunga The Fed masih akan membayangi pasar sehingga berpotensi menahan penguatan rupiah. Alat pemantau suku bunga The Fed, CME FedWatch tool menunjukkan probabilitas kenaikan bunga 75 bps pada pertemuan bulan depan sebesar 71%. Ekspektasi kenaikan 50 bps hanya 29%. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi pelemahan rupiah terlihat masih besar.
Senada, analis DCFX Lukman Leong juga melihat rupiah bisa menguat hari ini berkat koreksi pada dolar AS. Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.825-Rp 14.950 per dolar AS.
"Namun penguatan ini terbatas, dengan pasar cenderung sideline menantikan data inflasi bulan Juli Indonesia yang diperkirakan masih akan bertahan di bawah 5%," kata Lukman dalam risetnya.
Pasar juga kini menanti data ketenagakerjaan AS, non farm payroll (NFP) yang akan dirilis akhir pekan ini.