Sri Mulyani Antisipasi Risiko Jebloknya Harga Komoditas ke APBN 2023

Abdul Azis Said
29 September 2022, 18:39
sri mulyani, APBN 2023,
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, target pendapatan negara tahun depan telah memasukkan aspek kehati-hatian terhadap risiko dampak perlambatan ekonomi.

Kementerian Keuangan menyiapkan mekanisme untuk mengamankan keuangan negara jika harga komoditas menurun pada tahun depan. Pendapatan negara pada tahun depan ditargetkan naik 8,7% dari tahun ini di tengah proyeksi menurunnya harga sejumlah komoditas utama Indonesia seiring pelemahan ekonomi global.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, target pendapatan negara tahun depan telah memasukkan aspek kehati-hatian terhadap risiko dampak perlambatan ekonomi yang bisa mengoreksi harga komoditas.

"Oleh karena itu, pemerintah bahkan sebelum tahun anggaran 2023, sudah terus merencanakan bagaimana jaring pengaman bagi APBN apabila harga komoditas menurun secara tajam," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna, Kamis (29/9).

Mekanisme 'jaring pengaman APBN' tersebut bertujuan mengamankan pendapatan negara baik yang berasal dari perpajakan maupun PNBP. Hal ini sekaligus sebagai mekanisme untuk mengamankan tujuan pembangunan.

Bendahara negara itu mengaku bakal melihat secara hati-hati-hati setiap komponen penyumbang penerimaan negara yang kemungkinan terdampak dinamika penurunan harga komoditas. "Langkah pengamanan akan terus kami perkuat," tambah Sri Mulyani.

Adapun target pendapatan negara pada tahun depan sebesar Rp 2.463 triliun, naik Rp 196,8 triliun dibandingkan tahun ini. Kenaikan target pendapatan tahun depan terutama karena target penerimaan pajak yang naik Rp 233 triliun serta kepabeanan dan cukai sebesar Rp 4,2 triliun. Sementara target PNBP diturunkan Rp 40 triliun dari target tahun ini. 

Dalam perkiraan Kemenkeu sebelumnya, pemerintah menangguk untung jumbo dari kenaikan harga komoditas pada tahun ini. Setidaknya pemerintah akan meraup tambahan penerimaan pajak Rp 174,8 triliun tahun ini khusus dari kenaikan harga komoditas. Sumbangan ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 15,6 triliun. 

Namun, risiko perlambatan ekonomi dunia tahun depan dengan berbagai kemungkinan resesi di beberapa negara telah membawa kemungkinan penurunan harga komoditas. Harga minyak yang meroket tajam sepanjang tahun ini bahkan diperkirakan turun tahun depan seiring penurunan permintaan. 

Mengutip Reuters, Goldman Sachs telah memangkas proyeksi permintaan minyak tahun depan dari sebelumnya akan 2,5 juta barel per hari menjadi 2 juta barrel per hari. Karena itu, bank investasi itu menurunkan rata-rata US$ 19 per barel untuk proyeksi minyak dunia tahun depan.

Grafik:

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...