JK Telepon Sri Mulyani: Jangan Takut-takuti Orang Tahun Depan Kiamat
Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani tak menakut-nakuti masyarakat dengan menggambarkan kondisi perekonomian seperti akan 'kiamat'. Sri Mulyani beberapa kali menggambarkan kondisi suramnya ekonomi global pada tahun depan.
Jusuf Kalla menyatakan hal tersebut dalam pidato perayaan HUT ke-70 Kalla Group dan HUT ke-44 Bukaka, Jum’at (28/10) malam, Kala mengatakan, setiap krisis memiliki dua sisi, yakni sisi menguntungkan dan tidak menguntungkan.
“Makanya saya bilang ke Sri Mulyani, jangan takut-takuti masyarakat tahun depan akan kiamat. Saya telepon Sri Mulyani saya bilang jangan begitu, jangan kasih takut semua orang,” kata Jusuf Kalla dalam pidatonya,di Jakarta, Jum’at (28/10).
Dalam pidatonya, Jusuf Kalla juga mengatakan bahwa, masyarakat tak perlu takut dengan krisis yang akan dihadapi karena Indonesia masih memiliki kekayaan alam.
“Mau ada masalah, ya kita hadapi, jangan takut. Negara kita ini lengkap sehingga tidak ada krisis energi, krisis pangan," kata Kalla.
Ia mengatakan, Indonesia memiliki sumber pangan maupun energi. Indonesia juga merupakan negara yang luas sehingga belum tentu semua wilayah akan merasakan krisis yang sama.
“Ya katakan kalau inflasi, memang industri akan menurun di Jawa tetapi kalau lihat di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi Papua justru akan untung. Jadi ini ada keseimbangan di Indonesia, ada positif dan negatif,” ujarnya.
Menurut JK, Indonesia tidak perlu takut menghadapi ancaman krisis 2023. Ia menekankan, yang perlu dilakukan saat ini adalah berhati-hati. JK mengatakan, Sri Mulyani juga merespons kritik JK dengan sangat baik.
"Tentu dia senang. Dia terima kasih. Dia jawab begitu. Kan sudah lama bekerja sama," kata JK.
Sebelumnya, Sri Mulyani sering memperingatkan ancaman resesi pada 2023. Bendahara negara ini mengatakan. gejolak ekonomi akan terjadi dan dirasakan banyak negara. Sri Mulyani dalam beberapa pidatonya juga mengatakan banyak negara di dunia akan menaikkan suku bunga acuan secara bersama-sama. Efeknya, akan ada inflasi yang dapat memicu resesi.