Transaksi Berjalan Surplus US$ 4,4 M, Neraca Pembayaran Defisit
Bank Indonesia mencatatkan defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal ketiga tahun ini sekalipun transaksi berjalan mengalami surplus yang semakin besar. Penyebabnya, pelebaran pada defisit transaksi finansial karena outflow di investasi portofolio seiring ketidakpastian di pasar keuangan global yang semakin tinggi.
Adapun neraca pembayaran indonesia pada kuartal ketiga mencatat defisit US$ 1,3 miliar, pembalikan signifikan dari kuartal sebelumnya yang masih surplus besar hingga US$ 2,4 miliar. Adapun neraca pembayaran ini terdiri atas tiga komponen, yakni transaksi berjalan, transaksi modal dan transaksi finansial.
Transaksi berjalan melanjutkan kinerja perbaikan, dengan surplus yang semakin besar yakni US$ 4,4 miliar. Realisasi ini setara 1,3% dari produk domestik bruto (PDB), dan lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya US$ 4 miliar.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan membaiknya kinerja transaksi berjalan tersebut bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas. Hal ini seiring dengan tetap kuatnya permintaan ekspor dari negara mitra dagang dan harga komoditas global yang masih tinggi, serta berkurangnya defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan penurunan harga minyak dunia.
"Defisit neraca pendapatan primer juga sedikit lebih rendah seiring dengan penurunan pembayaran imbal hasil investasi langsung," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (18/11).
Di sisi lain, defisit neraca jasa tercatat lebih tinggi sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik. Surplus neraca pendapatan sekunder juga sedikit turun sehingga menahan peningkatan surplus transaksi berjalan lebih lanjut.
Adapun neraca pembayaran Indonesia mencatatkan defisit yang lebih dalam karena defisit neraca transaksi finansial yang lebih besar serta surplus transaksi modal lebih rendah. Secara total, transaksi modal dan finansial mencatat defisit sebesar US$ 6,1 miliar dolar AS atau 1,8% dari PDB, lebih dalam dibandingkan dengan defisit US$ 1,2 miliar pada kuartal sebelumnya.
BI mencatat investasi asing langsung membukukan surplus yang tetap tinggi. Hal ini sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek perbaikan ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga.
Sementara itu, aliran keluar neto investasi portofolio meningkat akibat ketidakpastian di pasar keuangan global yang semakin tinggi dan kebutuhan pembayaran surat utang swasta yang jatuh tempo. "Transaksi investasi lainnya juga mencatat kenaikan defisit disebabkan oleh peningkatan aset swasta, terutama yang terkait dengan operasional kegiatan usaha," kata Erwin.