Chatib Basri Bawa Kabar dari WEF, Ekonomi Dunia Tahun Ini Cukup Berat

Abdul Azis Said
19 Januari 2023, 08:42
chatib basri, wef, world economic forum, ekonomi dunia
Donang Wahyu | KATADATA
Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri memperingatkan Indonesia perlu waspada dengan perlambatan ekonomi dunia sekalipun risiko Indonesia mengalami resesi masih jauh.

Pertemuan World Economic Forum (WEF) 2023 di Davos, Swiss yang digelar pekan ini melihat tantangan perekonomian global pada 2023 masih cukup berat. Ekonom senior yang juga Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri memperingatkan Indonesia perlu waspada sekalipun risiko resesi masih jauh. 

Chatib yang hadir langsung dalam pertemuan itu mengatakan, inflasi di tingkat global memang mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan beberapa waktu terakhir. Meski demikian, pembicaraan para ekonom dunia di WEF menekankan bahwa pasar tenaga kerja di Amerika Serikat dan Eropa masih ketat. Kondisi ketatnya pasar tenaga kerja ini  menjadi salah satu pendorong lonjakan inflasi di negara-negara tersebut.

"Implikasinya, bahwa bank sentral di Amerika Serikat dan Eropa belum akan menurunkan tingkat suku bunga segera," kata Chatib Basri dalam unggahan di akun instagram pribadinya @chatibbasri, Rabu (18/1).

Suku bunga tinggi juga sebetulnya terjadi di dalam negeri. Setelah ramai-ramai bank sentral di banyak negara menaikkan bunga, Bank Indonesia mulai mengerek suku bunga kebijakannya pada Agustus lalu. Suku bunga acuan bank sentral kini berada di 5,5%, naik 2% dari level terendahnya 3,5% yang sempat dipertahankan lebih dari setahun.

Chatib mengingatkan kenaikan suku bunga tersebut berisiko mengganggu neraca keuangan bagi korporasi di dalam negeri. Suku bunga tinggi akan mempengaruhi besaran beban bunga utang yang harus ditanggung debitur.

Selain masalah suku bunga tinggi, Chatib mengingatkan risiko penurunan harga komoditas terhadap kinerja ekspor Indonesia. Ledakan komoditas setahun lalu telah menjadi tumpuan moncernya kinerja ekspor sehingga membawa neraca dagang surplus selama 32 bulan beruntun serta mencapai rekor surplus dagang terbesar pada tahun lalu.

Meski demikian, pria yang juga merupakan dosen di Universitas Indonesia itu menyebut lesunya ekspor tidak akan signifikan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Alasannya karena ekspor hanya menyumbang sekitar seperempat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Oleh karena itu, saya masih berpendapatan bahwa probabilitas resesi terhadap Indonesia masih relatif kecil," kata Chatib.

Bank Indonesia sebelumnya memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini kemungkinan bisa tumbuh 5,03%, meningkat dari perkiraan sebelumnya kemungkinan tumbuh di titik tengah 4,5%-5,3% atau 4,9%. Menteri Keuangan Sri Mulyani beberapa waktu lalu sempat mengatakan Indonesia berpeluang tumbuh hanya 4,7%.

Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan Indonesia melambat dari 5,2% tahun lalu menjadi 4,8% tahun ini. Bank Pembangunan Asia (ADB) juga meramalkan pertumbuhan Indonesia turun 0,6 poin persentase menjadi 4,8% tahun ini. Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan tahun ini hanya 4,7%.

Risiko perlambatan ekonomi Indonesia itu seiring prospek global juga kemungkinan semakin suram. Perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan dunia melambat menjadi hanya 2,7% dari perkiraan 3,2% pada tahun lalu. Lembaga yang berbasis di Washington DC, AS, itu juga memperkirakan sepertiga dari perekonomian dunia akan merasakan kontraksi ekonomi selama dua kuartal beruntun, fenomena yang sering dipakai untuk menjelaskan terjadinya resesi teknikal.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...