Menakar Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi yang Bakal Dirilis BPS Hari Ini
Sejumlah lembaga optimistis pertumbuhan ekonomi cukup kuat sepanjang 2022 lalu dengan perkiraaan berada di atas 5%. Meski demikian mayoritas ekonom memperkirakan terjadi perlambatan pada kuartal terakhir seiring kenaikan inflasi karena harga BBM yang membuat laju konsumsi tertahan.
Beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan kuartal IV 2022 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini menunjukkan angka di bawah 5%. Angka ini mengindikasikan pertumbuhan terendah setelah empat kuartal sebelumnya konsisten mencatat pertumbuhan tahunan di atas 5%.
Survei Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal terakhir 2022 hanya berada di angka 4,84%. Meski demikian, pertumbuhan untuk keseluruhan tahun lalu akan kuat, kemungkinan di atas 5%. Hal ini seiring pertumbuhan tiga kuartal sebelumnya yang tinggi terutama pada kuartal ketiga yang melesat 5,72%.
Katadata.co.id merangkum beberapa prediksi yang diperkirakan bisa mencerminkan prospek ekonomi domestik tahun lalu. Berikut perkiraan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 dari lembaga internasional, pemerintah dan bank sentral hingga beberapa ekonom.
Ramalan Lembaga Internasional
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu sebesar 5,3%. Bank Pembangunan Asia (ADB) bahkan memperkirakan pertumbuhan lebih tinggi lagi di 5,4%. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh di atas tingkat tren sebelum pandemi serta investasi yang tidak kalah kuat.
"Ledakan ekspor berlanjut karena permintaan yang kuat untuk komoditas primer. Ekspor jasa juga tumbuh pesat seiring pulihnya kunjungan wisatawan,” kata ADB dalam laporannya pertengahan Desember lalu.
Perkiraan Pemerintah dan Bank Indonesia
Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan tahun lalu mencapai 5,3%. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pemulihan terjadi di semua sektor. Beberapa sektor yang terpukul dalam saat pandemi seperti sektor transportasi, hotel dan restoran diperkirkana juga sudah pulih dari pandemi,
"Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga meningkat, investasi meningkat, ekspor meningkat," ujar Sri Mulyani saat memberikan sambutan dalam kunjunganya ke Madura, Kamis (2/2).
Bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 kemungkinan besar di atas 5%. Kinerja ini ditopang oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan.
Di sisi lain Bank Indonesia memberi angka toleransi pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih lambat aan pertumbuhan tahun ini akan lebih lambat ke titik tengah 4,5%-5,3%. Hal ini sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global yang akan membuat ekspor tumbuh lambat. Konsumsi diperkirakan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan pencabutan PPKM, serta investasi yang ditopang meningkatnya aliran modal asing serta berlanjutnya proyek strategis nasional (PSN).
Perkiraan Ekonom
Sejumlah ekonom juga memperkirakan pertumbuhan kuat tahun lalu. Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan pertumbuhan tahun lalu sebesar 5,25%. Meski demikian ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal empat melambat ke 4,83% secara tahunan.
Kinerja moncer pertumbuhan sepanjang 2022 ditopang konsumsi rumah tangga yang tumbuh kuat dengan kontribusi lebih dari separuh PDB. Sektor lain yang akan turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi tahun lalu adalah kinerja ekspor dan investasi yang juga tumbuh kuat.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan pertumbuhan untuk keseluruhan tahun lalu mencapai 5,25%. Meski demikian kinerja kuartal empat akan melambat ke 4,8%. Konsumsi tetap keluar pada akhir tahun seiring periode musiman Nataru, tetapi efek kenaikan harga BBM juga menghambat pertumbuhan.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan pertumbuhan keseluruhan 2022 mencapai 5,27%. Namun ia juga memikirkan perlambatan terjadi di tiga bulan terakhir tahun lalu, dengan kemungkinan hanya tumbuh 4,9%. Selain karena efek inflasi harga BBM, perlambatan disebabkan efek pertumbuhan kuartal empat tahun sebelumnya yang memang tinggi setelah gelombang Covid-19 varian Delta melandai.
"Kami juga memperkirakan pertumbuhan net ekspor kuartal IV akan melemah karena melemahnya permintaan eksternal, didorong oleh inflasi global dan suku bunga kebijakan yang tinggi," kata Faisal dalam catatannya, Jumat (3/2).