Rupiah Anjlok 0,5% Sepekan Terakhir, Berikut Penyebabnya
Nilai tukar rupiah parkir di level Rp 15.210 per dolar AS pada penutupan pekan ini. Kurs garuda sudah terkoreksi 0,5% sepekan terakhir terimbas data inflasi AS yang di atas perkiraan pasar meskipun data dari dalam negeri cukup positif.
Rupiah melemah 51 poin sore ini dibandingkan posisi penutupan kemarin. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga terkoreksi sore ini kecuali dolar Hong Kong yang menguat 0,06%. Won Korea Selatan melemah dalam hingga 1,2% pada perdagangan hari ini, bersama yen Jepang 0,63%, ringgit Malaysia dan baht Thailand yang kompak terkoreksi 0,67% sementara rupiah melemah 0,34%.
Analis Senior Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut rupiah bergerak antara Rp 15.150-Rp 15.250 sepanjang pekan ini. Sentimen penggerak rupiah berasal dari dalam dan luar negeri.
Dari sisi eksternal, menurut dia, pergerakan nilai tukar terutama merespons data inflasi AS bulan Januari 2023 yang dirilis Selasa malam. Angkanya 6,4% secara tahunan, turun dari bulan sebelumnya 6,5%.
"Namun, pasar kurang merespons positif karena berharap penurunannya lebih dalam ke 6,2%. Begitu pula inflasi inti AS hanya turun ke 5,6%, lebih tinggi dari konsensus di 5,5%," kata Reny dalam catatannya, Jumat (17/2).
Data inflasi produsen AS semalam juga di atas ekspektasi pasar. Inflasi produsen sebesar 6% pada Januari 2023 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, serta 0,7% dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi ini di atas perkiraan pasar seperti dikutip dari Refinitv yang memperkirakan 5,4% dan 0,4% meskipun secara tahunan memang melambat dari bulan sebelumnya.
Selain itu, beberapa pejabat The Fed sepekan ini yang juga memberi sinyal bahwa terminal rate atau titik puncak suku bunga akan ada di kisaran 5%-5,25%. Data inflasi ditambah komentar hawkish The Fed yang kembali menekan rupiah dalam jangka pendek.
Dari dalam negeri, Reny menyebut pasar merespons rilis data neraca dagang Januari pada Rabu lalu yang masih mencatat surplus US$ 3,87 miliar. Realisasi ini relatif tidak turun jauh dari realisasi bulan sebelumnya US$ 3,89 miliar,
Pasar juga mencermati hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kemarin yang memutuskan menahan suku bunga di level 5,75%. Hal ini sejalan dengan inflasi yang diperkirakan bisa kembali ke bawah 4% tahun ini.