Modal Asing Makin Deras Keluar dari Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini
Bank Indonesia mencatat investor asing keluar dari pasar keuangan domestik sebesar Rp 4,62 triliun sepanjang pekan ini. Aksi keluarnya modal asing tersebut di tengah rilis data inflasi AS yang mengejutkan pasar dan menjadi pemicu koreksi 0,5% rupiah dalam tujuh hari perdagangan.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, terdapat modal asing keluar dari pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 3,52 triliun sepanjang periode 13-16 Februari. Aksi jual tersebut lebih besar dari pekan lalu sebesar Rp 3,11 triliun.
Asing juga keluar dari pasar saham sebesar Rp 1,1 triliun, berbalik dibandingkan kondisi pekan lalu yang mencatatkan modal masuk Rp 2,52 triliun. Total modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik mencapai Rp 4,62 triliun, lebih besar dibandingkan pekan lalu Rp 590 miliar.
"Selama tahun 2023 berdasarkan data setelmen sampai 16 Februari 2023, nonresiden mencatatkan beli neto Rp 45,4 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 1,37 triliun di pasar saham," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jumat (17/2).
Persepsi risiko investasi Indonesia juga turun, tercermin dari premi credit default swap (CDS) lima tahun turun ke 88,73 bps per 16 Februari 2023 dari 89,30 bps per 10 Februari 2023. Imbal hasil alias yield SBN benchmark 10 tahun turun ke 6,70% pagi ini, sementara yield US Treasury naik ke 3,86% di perdagangan kemarin waktu AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah parkir di level Rp 15.210 per dolar AS pada penutupan pekan ini. Kurs garuda sudah terkoreksi 0,5% sepekan terakhir terimbas data inflasi AS yang di atas perkiraan pasar meskipun data dari dalam negeri cukup positif.
Analis Senior Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut sentimen penggerak rupiah berasal dari dalam dan luar negeri. Dari sisi eksternal, menurut dia, pergerakan nilai tukar terutama merespons data inflasi AS bulan Januari 2023 yang dirilis Selasa malam. Angkanya 6,4% secara tahunan, turun dari bulan sebelumnya 6,5%.
"Namun, pasar kurang merespons positif karena berharap penurunannya lebih dalam ke 6,2%. Begitu pula inflasi inti AS hanya turun ke 5,6%, lebih tinggi dari konsensus di 5,5%," kata Reny dalam catatannya.
Dari dalam negeri, menurut Reny, pasar merespons rilis data neraca dagang Januari pada Rabu lalu yang masih mencatat surplus US$ 3,87 miliar. Realisasi ini relatif tidak turun jauh dari realisasi bulan sebelumnya US$ 3,89 miliar.
Pasar juga mencermati hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kemarin yang memutuskan menahan suku bunga di level 5,75%. Hal ini sejalan dengan inflasi yang diperkirakan bisa kembali ke bawah 4% tahun ini.