Mungkinkah Pertumbuhan Ekonomi Melesat 5,7% di Tahun Terakhir Jokowi?
Pemerintah berencana mematok target pertumbuhan ekonomi 5,3%5,7% dalam asumsi makro RAPBN 2024. Ekonom melihat perekonomian pada tahun depan memang akan tumbuh lebih baik tetapi kemungkinan tak mencapai batas atas proyeksi pemerintah 5,7%
Rapat terbatas menteri ekonomi bersama Presiden Jokowi di Istana Presiden kemarin menghasilkan pembicaraan awal untuk penyusunan rencana anggaran tahun depan. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan antara 5,3%-5,7%. Jika memakai titik tengah rentang tersebut maka berkisaran 5,5%, di atas target tahun ini 5,3%.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai cukup menantang bagi pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan maksimal hingga 5,7%. Namun, bukan tidak mungkin untuk bisa tumbuh di batas bawah target di sekitar 5,3%.
Menurut Rendy, sulitnya mencapai target pertumbuhan 5,7% karena sektor penopang utama perekonomian Indonesia justru terus menurun. Pertumbuhan sektor industri konsisten berada di bawah 5%. Pemerintah memang bisa mengharapkan sektor perdagangan yang juga punya sumbangan besar perekonomian. Namun, kinerja pertumbuhan sektor ini sangat bergantung pada kemampuan pemerintah menjaga daya beli masyarakat.
Data historis juga menunjukkan tahun Pemilu biasanya memiliki performa pertumbuhan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,02%, melemah dari tahun sebelumnya 5,17%. Begitu juga saat pemilu 2014 dengan pertumbuhan sebesar 5,01%, lebih rendah dari tahun sebelumnya 5,56%
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak akan setinggi target pemerintah dan hanya mencapai 5,1%-5,3% meski lebih baik dari tahun ini. Efek kenaikan harga BBM terhadap inflasi yang dapat menahan konsumsi kemungkinan sudah mulai hilang. Ekspektasi bahwa Bank Indonesia mulai memangkas suku bunga acuan tahun depan juga memberikan harapan pada kinerja konsumsi.
"Dampak Pemilu terhadap konsumsi mungkin tidak akan sebesar periode sebelumnya, apalagi kalau melihat metode kampanye sekarang juga mulai digital sehingga spending konsumsi kemungkinan tidak sebesar sebelumnya, namun memang tetap akan ada pengaruhnya," kata Josua saat dihubungi, Selasa (21/2).
Namun, ia memperkirakan, investasi dapat meningkat seiring berlanjutnya rencana pembangunan infrastruktur pemerintah pada tahun depan. Efek kenaikan suku bunga juga kemungkinan tidak signifikan karena bank-bank tampaknya tidak akan menaikan bunga setinggi kenaikan bunga acuan bank sentral seiring likuiditas yang cukup.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat ada harapan perekonomian tumbuh di atas 5,3% tahun depan. Hal ini seiring perkiraan bahwa konsumsi masyarakat akan naik cukup signifikan seiring dorongan belanja untuk Pemilu.
"Geliat sektor konsumsi akan lebih signifikan pengaruhnya kalau melihat data historis ketika periode Pemilu," kata Daid dalam keterangannya, Senin (20/2).
Investasi kemungkinan akan lebih baik dari tahun ini. Efek kenaikan suku bunga acuan bank sentral diperkirakan sudah tidak lagi signifikan pada tahun depan. Ekspor diperkirakan masih stagnan terpengaruh efek geopolitik serta pelonggaran kebijakan Covid-19 di Cina.