Penerimaan Pajak Naik 48% pada Awal Tahun Meski Harga Komoditas Landai
Penerimaan pajak masih moncer pada awal tahun ini di tengah perekonomian masih terus bergeliat meski harga komoditas mulai melandai. Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan setoran pajak mencapai Rp 162,23 triliun sepanjang bulan lalu, naik 48,6% dibandingkan Januari 2022.
"Ini menggambarkan di satu sisi melihat bahwa pemulihan ekonomi yang bagus serta reformasi terutama di UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) memberikan kontribusi dari sisi pencapaian penerimaan perpajakan yang meningkat kuat," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers daring, Rabu (22/2).
Dua sumber penerimaan pajak utama mencatat kinerja yang kuat. Setoran dari pajak penghasilan (PPh) nonmigas tercatat Rp 78,29 triliun, naik 28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penerimaan Pajak pertambahan nilai (PPN) dan penjualan barang mewah (PPnBM) naik 94% menjadi Rp 74,64 triliun.
Setoran pajak bumi bangunan (PBB) dan pajak lainnya melesat 119% menjadi Rp 1,29 triliun. Sebaliknya, PPh migas turun 10% menjadi Rp 8,03 triliun seiring penurunan pada harga komoditas.
Dari sisi sektoral, setoran pajak dari lapangan usaha industri pengolahan menyumbang hampir sepertiga dari total penerimaan pajak negara. Setoran pajak sektor ini tumbuh 65%, lebih tinggi dibandingkan Januari 2022 yang sebenarnya sudah tumbuh kuat sebesar 55%. Hal ini sejalan dengan kinerja sektor industri pengolahan yang terus membaik.
"Ini dikonfirmasi dengan PMI Manufaktur yang ekspansif dan impor kita yang tumbuh terutama barang modal dan intermediary untuk industri pengolahan," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga mencatat, setoran pajak sektor perdagangan menyumbang sekitar 23%. Realisasinya tumbuh melambat ke 33% sekalipun relatif masih kuat. Sri Mulyani mengharapkan sektor ini bisa semakin tumbuh seiring Ramadan dan lebaran, dengan demikian setoran pajaknya juga meningkat.
Setoran pajak sektor jasa keuangan dan asuransi tumbuh menguat 53% dari pertumbuhan Januari 2022 sebesar 29%. Peningkatan pada setoran pajak ini seiring peningkatan pada suku bunga.
Setoran pajak sektor pertambangan juga masih tumbuh kuat pada awal tahun ini sebesar 69% walaupun melambat dibandingkan Januari 2022 yang sata itu melesat hingga 245%. Hal ini karena tahun lalu terodorng oleh low based effect.
Setoran pajak sktor lainnya tumbuh seperto sektor konstruksi dan real estat, transprotasi dan pergudangan serta jasa perusahaan. Sementara sektor informasi dan komunikasi melambat tajam, hanya tumbuh 7% karena pembayaran dividen Januari 2022 yang tidak berulang di Januari 2023.
Kinerja moncer penerimaan pajak itu membantu pendapatan negara secara keseluruhan masih bisa tumbuh 48% di awal tahun. Realisasi pendapatan negara sebesar Rp 232,2 triliun. Penyumbangnya juga dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang melesat 103% tetapi setoran kepabeanan dan cukai turun 3,4%.
Di sisi lain, belanja negara tumbuh tetapi tidak sekuat kenaikan pendapatan negara, yakni 11,2% menjadi Rp 141,4 triliun. Dengan demikian, keuangan negara masih mencatatkan surplus Rp 90,6 triliun pada awal tahun ini.