Nasib Dana Asing di Indonesia Akibat Terpuruknya Credit Suisse dan SVB
Pasar khawatir efek domino dari bangkrutnya tiga bank AS, yakni Silicon Valley Bank, Silvergate dan Signature. Salah satu kekhawatiran itu setelah bank asal Swiss, Credit Suisse, ditinggalkan salah satu investornya, Saudi National Bank (SNB).
Kekhawatiran pasar mulai mereda setelah bank sentral Swiss akan menyuntikkan dana untuk Credit Suisse mencapai 54 miliar franc Swiss atau senilai Rp 828 triliun.
Ekonom senior KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana menyebut secara bisnis gonjang-ganjing oleh Credit Suisse maupun tiga bank sentral AS itu tidak mempengaruhi bisnis bank domestik. Meski demikian, kondisi ini menimbulkan sentimen negatif yang terlihat dari sisi pasar saham emiten perbankan beberapa hari terakhir.
Tekanan terhadap pasar saham itu pun dinilai hanya akan sementara. Alasannya, regulator dalam negeri termasuk Bank Indonesia menenangkan pasar dengan meyakinkan bawa perbankan domestik tak banyak terafiliasi dengan bank-bank bermasalah tersebut.
Fikri juga tidak melihat sentimen tersebut kemudian merembet ke pasar obligasi pemerintah. Karena itu, ia memperkirakan tak akan terjadi aliran modal keluar dari pasar surat berharga pemerintah.
Sebaliknya, ia justru melihat ada potensi aliran masuk ke pasar obligasi pemerintah untuk saat ini. Alasannya, kondisi fiskal dalam negeri juga masih terjaga dengan surplus anggaran sampai bulan lalu.
"Apalagi kalau bunga The Fed diekspektasikan turun kemudian suku bunga BI memadai, maka surat berharga negara (SBN) akan menarik pada saat ini," kata Fikri, Kamis (16/3).
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga melihat sentimen negatif akibat keruntuhan bank-bank tersebut berdampak minim terhadap pasar obligasi pemerintah Indonesia. Kalaupun ada tekanan jual, menurutnya hanya bersifat sementara.
"Dalam jangka panjang saya lihat valuasi obligasi kita makin menarik karena inflasi yang terus menurun," kata David.
BI mencatat aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik sejak awal tahun sampai 14 Maret 2023 mencatat net inflow atau aliran masuk sebesar US$ 3 miliar. Namun, khusus Maret, pasar keuangan tercatat capital outlfow karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.