Rupiah Menguat Dekati 15.000/US$ Seiring Meredanya Krisis Bank Global
Rupiah menguat sembilan poin atau 0,06% dibandingkan sehari sebelumnya menjadi ke level Rp 15.047 per dolar ASpada penutupan perdagangan sore ini. Kekhawatiran pasar terhadap krisis perbankan global mereda dan perhatiannya mulai beralih pada prospek suku bunga bank sentral AS, The Fed ke depan.
Sejumlah mata uang Asia sore ini juga menguat. Yen Jepang terangkat 0,17% dolar Singapura 0,11%, won Korsel 0,34%, peso Filipina 0,07%, yuan Cina 0,17%, dan ringgit Malaysia 0,01%. Sebaliknya, baht Thailand melemah 0,1% bersama rupee India 0,17%, sedangkan dolar Taiwan dan dolar Hong Kong stagnan.
"Berkurangnya kekhawatiran atas sektor perbankan membantu meningkatkan sentimen risiko, dengan investor mengalihkan perhatian mereka ke pertempuran The Fed melawan inflasi," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam catatannya sore ini, Kamis (30/3).
Berdasarkan alat pemantauan CME Group FedWatch, probabilitas suku bunga The Fed tidak naik atau stagnan pada pertemuan mendatang sebesar 54%, dengan sisanya diperkirakan kenaikan 25 bps.
Ibrahim menyebut pasar juga kini akan menantikan rilis sejumlah data penting ekonomi AS akhir pekan ini. Pasar akan menantikan data inflasi pengeluaran konsumsi personal (PCE) AS bulan Februari yang dirilis besok. Data inflasi inti PCE merupakan indikator penting yang dipantau The Fed.
Namun, sebelum rilis data inflasi itu, pasar akan lebih dulu menantikan data pertumbuhan ekonomi kuartal empat 2022 AS dan klaim tunjangan pengangguran pada 30 Maret waktu AS, atau besok pagi waktu WIB.
Mengutip Antara, analis Bank Woori Saudara Rully Nova sebelumnya memperkirakan rupiah akan melemah hari ini karena adanya aksi profit taking setelah penguatan beberapa hari terakhir. Sementara pasar menunggu data pendapatan konsumer Amerika Serikat (AS) sebagai petunjuk inflasi Maret 2023.