Gaji Pegawai di Cina Mulai Dibayar dengan Yuan Digital
Cina gencar mempopulerkan penggunaan mata uang digital bank sentral yang disebut yuan digital. Pekerja di salah satu kota di Cina bagian Timur akan dibayar penuh menggunakan yuan digital.
Mengutip CNN, dokumen resmi yang diunggah di situs pemerintah menjelaskan bahwa kota Changshu, yang terletak di provinsi Jiangsu, akan memulai proses pembayaran baru ini pada Mei. Ini adala peluncuran mata uang terbesar yuan digitak yang juga dikenal sebagai e-CNY di Cina.
Pegawai pemerintah serta staf di perusahaan milik negara dan lembaga publik seperti sekolah, rumah sakit, perpustakaan, lembaga penelitian, dan organisasi media di kota tersebut akan terdampak kebijakan baru tersebut. Changshu, kota berpenduduk 1,7 juta jiwa, telah bereksperimen dengan yuan digital, bentuk uang yang hanya ada secara online dan dikelola serta didukung oleh bank sentral Cina.
Seperti cryptocurrency, yuan digital menggabungkan beberapa elemen teknologi blockchain. Setiap transaksi dicatat dan dapat dilacak dalam buku besar digital. Sejak Oktober lalu, Changshu telah membayar subsidi untuk beberapa pegawai pemerintah dalam yuan digital.
Cina adalah salah satu negara yang maju dalam hal sistem pembayaran. Masyarakatnya sudah terbiasa bertransaksi tanpa uang tunai. Namun, sebagian besar transaksi elektronik terjadi pada aplikasi milik pribadi (Alipay dan WeChat Pay) atau berada di luar jangkauan langsung negara.
Yuan digital akan mengubahnya. Penggunaan yuan digitak akan memberi Beijing informasi yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang apa yang dibelanjakan orang dan di mana.
Ekonomi terbesar kedua di dunia ini telah menguji yuan digital di kota-kota Cina sejak tahun 2020. Mereka bersiap untuk peluncuran uang digital bank sentral secara nasional, menempatkan China di depan Eropa dan Amerika Serikat dalam perlombaan global untuk mengembangkan mata uang digital yang didukung negara atau dikenal sebagai mata uang digital bank sentral (CBDC).
Jadwal untuk peluncuran nasional belum diumumkan, tetapi Beijing telah mencoba banyak cara untuk memasarkan mata uang tersebut.
Pada Januari lalu, bank sentral, People's Bank of China, merilis aplikasi dompet di toko Apple dan Android yang dapat digunakan di lebih dari selusin kota dan wilayah yang menguji coba mata uang tersebut.
Pemerintah Cina pun menekan swasta, termasuk perusahaan besar Barat seperti McDonald's (MCD) dan Nike (NKE), untuk mengizinkan pelanggan menggunakan yuan digital selama Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Beberapa kota di Cina, termasuk Beijing dan Shenzhen, bahkan telah memberikan jutaan dolar dalam bentuk yuan digital kepada penduduknya secara langsung. Ini untuk mendorong mereka menggunakan uang virtual tersebut.
Pemerintah juga meminta aplikasi seperti Alipay dan Tencent untuk secara aktif mempromosikan yuan digital. Alipay mulai menguji coba pembayaran yuan digital pada tahun 2021, dan Tencent (TCEHY) mengumumkan tahun lalu bahwa mereka juga akan mulai mendukung yuan digital di dompet WeChat Pay.
Meski demikian, mata uang digital ini masih perlu berjuang meningkatkan daya tarik. Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh People's Bank of China, transaksi menggunakan mata uang tersebut hanya mencapai 100 miliar yuan atau US$ 14,5 miliar pada akhir Agustus lalu, setara dengan rata-rata 3,6 miliar yuan per bulan sejak uji coba dimulai.
Meski ada kemajuan penggunaan yuan digital dalam tiga tahun terakhir selama uji coba, yuan digital belum menjadi tantangan serius bagi aplikasi-aplikasi uang digital yang sudah berjalan.
Ant Group, yang memiliki Alipay, mengungkapkan bahwa aplikasi tersebut memproses rata-rata US$ $1,6 triliun setiap bulan — lebih dari seribu kali volume transaksi bulanan yuan digital pada saat itu.
Analis sebelumnya mengutip kekhawatiran tentang jangkauan kekuasaan pemerintah dan kurangnya insentif sebagai alasan kurangnya antusiasme. Di sisi lain, Alipay dan WeChat Pay yang memimpin industri, sudah memiliki ratusan juta pengguna yang akrab dengan layanan mereka.