Kinerja Ekspor Jeblok pada April, Efek Banyak Libur Lebaran
Badan Pusat Statistik mencatat ekspor pada April 2023 mencapai US$ 19,29 miliar, turun 17,26% dibandingkan bulan sebelumnya atau anjlok 29,44% dibandingkan April 2022. Penurunan ekspor sejalan dengan pola musiman karena terdapat momentum libur Lebaran.
Deputi Bidang Metodologi dan informasi Statistik Imam Machdi menjelaskan, ekspor migas pada April tercatat sebesar US$ 1,26 miliar, turun 5,95% secara bulanan atau 12,82% secara tahunan. Sementara ekspor nonmigas tercatat US$ 18.03 miliar, turun 18,33% secara bulanan atau 30,35% secara tahunan.
"Penurunan ekspor nonmigas karena ada beberapa komoditas seperti logam mulia, perhiasan, atau permata turun. Sedangkan penurunan ekspor nonmigas karena ekspor bahan bakar mineral dan minyak lemak, hewan nabati yang turun." ujar Imam dalam konferensi pers, Senin (15/5).
Ia menjelaskan, beberapa harga komoditas unggulan Indonesia, seperti CPO, batu bara, nikel, dan minyak mentah sebenarnya naik pada bulan lalu dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi masih turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara beberapa komoditas lainnya, seperti bijih besi dan gas alam turun secara bulanan atau tahunan.
Selain harga komoditas, ekspor dipengaruhi nilai tukar rupiah hingga April relatif kuat dibandingkan Maret. BPS mencatat, rata-rata kurs JISDOR hingga 28 April tercatat Rp 14.661 per dolar AS, sedangkan pada Maret Rp 14.844 per dolar AS.
Imam pun mencatat, masih terjadi peningkatan pada ekspor sejumlah komoditas nonmigas. Kenaikan terbesar terjadi pada ekspor baja, biji loham, dan terak abu yang naik US$ 166,8 juta atau 26,16% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan teruta,a terjadi untuk pengiriman ke Jepang, Cina, dan Jerman.
Sementara penurunan ekspornonmigas terbesar terjadi pada logam mulia, perhiasan, dan permata yang turun US$ 573,4 juta atau 52,3%. Penurunan ekspor tersebut terutama terjadi pada negara tujuan Swiss, Jepang, dan Singapura.
Adapun berdasarkan negara tujuannya, ekspor Indonesia secara keseluruhan turun paling signifikan ke Cina mencapai US$ 1 miliar. Sedangkan peningkatan ekspor paling tinggi terjadi Pakistan sebesar US$ 126,3 juta.
Imam memberikan catatan, anjloknya ekspor pada April terutama juga dipengaruhi oleh tingginya ekspor sepanjang 2022. Ini karena Indonesia pada tahun lalu menikmati berkas harga komoditas akibat perang Rusia dan Ukraina.