Sri Mulyani Catat Utang Indonesia Lebih Efektif Dibandingkan Amerika

Abdul Azis Said
30 Mei 2023, 14:42
Suasana gedung-gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (14/3/2023).
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.
Suasana gedung-gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (14/3/2023).

Pemerintah Indonesia menarik utang US$ 206,5 miliar selama lima tahun terakhir. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan utang itu cukup efektif mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk saat masa pandemi Covid-19.

Sri Mulyani membandingkan tingkat efektivitas utang Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat, India dan Thailand. Dia mencatat selama pemerintah mengutang US$ 206,5 miliar periode 2018-2022, nominal produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada periode yang sama meningkat US$ 276,1 miliar.

"Indonesia relatif dalam posisi yang cukup baik, yaitu setiap (utang) US$ 1 menghasilkan tambahan PDB US$ 1,34 dalam situasi di mana terjadi gejolak luar biasa seperti pandemi yang semua perekonomian hampir kolaps, " kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (30/5).

Efektivitas penarikan utang Indonesia tersebut, menurut dia, jauh lebih baik dibandingkan negara tetangga maupun negara maju. Misalnya India, setiap utang US$ 1 hanya memberikan tambahan US$ 0,73 terhadap perekonomiannya. Ini artinya, nominal penarikan utang selama lima tahun terakhir lebih besar dibandingkan kenaikan nominal PDB-nya.

Thailand, Malaysia, dan Filipina memiliki efektivitas yang jauh lebih rendah. Di Thailand, penarikan utang pemerintahannya jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya ke perekonomian.

Setiap penarikan utang US$ 1 pemerintah Thailand hanya menghasilkan tambahan US$ 0,34 ke perekonomian. Bahkan dibandingkan negara maju seperti AS pun, efektivitas penarikan utang Indonesia relatif lebih baik. Penambahan US$ 1 pada utang pemerintah AS hanya menghasilkan tambahan US$ 0,56 ke perekonomiannya.

Namun, Sri Mulyani menyebut kinerja Vietnam di atas Indonesia. Pemerintah Vietnam menambah utang US$ 18,2 miliar lima tahun terakhir, di sisi lain nilai ekonominya meningkat berkali lipat yakni US$ 102 miliar. Artinya, setiap kenaikan utang US$ 1 di negara tersebut menghasilkan tambahan US$ 5,61 ke perekonomiannya.

"Vietnam bagus sekali. PDB-nya juga naik karena iklim investasi dan kemampuan menarik investasi terutama dari Cina," kata Sri Mulyani.

Meski demikian, Sri Mulyani juga menekankan bahwa mendorong pertumbuhan ekonomi seharusnya tidak tergantung hanya pada penarikan utang. Hal itu menurutnya tidak akan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Di sisi lain, ia menyebut semua negara memakai instrumen utang untuk menahan perekonomian dari gejolak. Pemerintah menarik utang untuk membiayai berbagai belanja untuk merespons gejolak. Contohnya, pada saat pandemi, semua negara mengalami kenaikan utang. Rasio utang Indonesia melonjak 9,5 poin persentase menjadi 39,7% PDB pada 2018-2022. Kenaikan ini terutama selama tahun awal pandemi.

Kenaikan rasio utang itu bukan hanya dialami Indonesia. Rasio utang pemerintah Thailand melonjak 19,5 poin, Cina 16,7 poin dan Amerika Serikat 12,9 poin.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...