Rupiah dan Mata Uang Asia Lain Melemah Jelang Rilis Notulen The Fed

Abdul Azis Said
5 Juli 2023, 09:48
Petugas bank menunjukkan uang pecahan rupiah di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Bank Indonesia akan mengendalikan nilai tukar rupiah agar lebih menguat ke level Rp15.070 per dolar AS pada tahun 2023, sehingga implikasi pertumbuhan ekon
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Petugas bank menunjukkan uang pecahan rupiah di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Bank Indonesia akan mengendalikan nilai tukar rupiah agar lebih menguat ke level Rp15.070 per dolar AS pada tahun 2023, sehingga implikasi pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih rendah yakni 4,37 persen (yoy) dibanding prognosa BI pada tahun 2022 yang sebesar 5,12 persen.

Rupiah dibuka melemah 19 poin ke level 15.014 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Berbagai data ekonomi yang positif dari dalam negeri diharap bisa membantu penguatan hari ini meski data terbaru PMI Jasa di Cina menurun.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat tipis dari posisi pembukaan ke arah 15.012 pada pukul 09.20 WIB, tetapi masih melemah 0,1% dari penutupan kemarin sore.

Mayoritas mata uang Asia lainnya berguguran pagi ini kecuali ringgit Malaysia dan dolar Hong Kong yang masih mampu menguat masing-masing 0,14% dan 0,02%. Sementara koreksi dalam terutama dialami peso Filipina 0,33%, won Korea Selatan 0,29% serta yuan Cina dan baht Thailand yang masing-masing melemah 0,23%.

Berbagai data ekonomi domestik yang menunjukkan kinerja positif diharap bisa menopang penguatan rupiah hari ini. Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan kurs garuda menguat ke arah 14.950, dengan potensi pelemahan di kisaran 15.000 per dolar AS.

Data ekonomi domestik yang positif misalnya inflasi konsumen tahun ke tahun yang berhasil turun ke 3,5%, rekor terendah selama lebih setahun terakhir. Realisasi ini juga sudah kembali ke rentang target bank sentral di 2-4%.

Selain itu, data manufaktur menunjukkan perbaikan. Indeks PMI Manufaktur Juni melonjak ke 52,5 poin setelah beberapa bulan sebelumnya turun dan semakin mendekati zona kontraksi.

"Namun demikian, sentimen pasar pagi ini terlihat negatif dengan indeks saham Asia bergerak turun di awal perdagangan. Ini bisa menahan penguatan rupiah lebih lanjut," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Rabu (5/7).

Ia menyebut pasar mungkin mewaspadai ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed. Bank sentral terbesar dunia itu akan merilis notulen rapat terakhirnya dini hari nanti. Dokumen ini bisa memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan the Fed ke depan. 

Dalam rapat sebelumnya, Gubernur The Fed menjelaskan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dua kali lagi tahun ini. Pasar bertaruh kemungkinan kenaikan 25 bps akan ditempuh pada pertemuan akhir bulan ini.

Berbeda, analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan rupiah masih berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang 14.950-15.050 per dolar AS.

"Pelemahan itu seiring sentimen risk off di pasar Asia karena data aktivitas sektor jasa di Cina yakni Caixin PMI Jasa menunjukkan penurunan," kata dia.

Selain itu, pasar juga menunggu notulen rapat The Fed dini hari nanti.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...