Dampak Besar Indonesia Naik Kelas jadi Negara Menengah Atas
Indonesia naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah atas berdasarkan klasifikasi terbaru yang dikeluarkan Bank Dunia. Pejabat Bank Dunia menjelaskan, perubahan kelas ini secara agregat akan menguntungkan Indonesia sekalipun ada kemungkinan akses terhadap pinjaman dievaluasi kembali.
Perubahan posisi Indonesia ini seiring dengan pendapatan nasional per kapita Indonesia yang naik menjadi US$ 4.580 atau setara Rp 68 juta pada 2022. Indonesia sempat naik ke level ini pada 2019 tetapi kembali turun ke negara berpenghasilan menengah bawah sejak pandemi.
"Secara agregat menurut saya, Indonesia naik kelas ke berpenghasilan menengah atas akan lebih menguntungkan," kata salah seorang pejabat Bank Dunia yang mengetahui informasi ini kepada katadata.co.id, Kamis (6/7).
Kenaikan level Indonesia dalam ketegori Bank Dunia berdasarkan pendapatan per kapita akan berpengaruh terhadap akses pinjaman yang diberikan Bank Dunia. Sebagai negara berpenghasilan menengah, Indonesia selama ini mendapat pinjaman melalui Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD) di bawah Grup Bank Dunia.
Namun, pejabat tersebut mengatakan, perubahan yang dialami Indonesia tidak akan serta merta mengubah mekansime pinjaman yang diberikan lembaganya.
Ia menjelaskan, Bank Dunia memberikan pinjaman dalam satu periode tahun yakni pada 2021-2025 untuk periode saat ini. Adapun proses evaluasi atas pinjaman itu akan dilakukan dua tahun sekali dan kemungkinan proses evaluasi terhadap Indonesia baru akan dilakukan pada 2025 mendatang karena tahun fiskal Bank Dunia sudah berakhir pada 30 Juni lalu atau sebelum Indonesia naik jadi negara berpenghasilan menengah atas.
Di sisi lain, Bank Dunia juga akan melihat posisi Indonesia dalam kategorisasi tersebut. Meski masuk kategori menengah atas, Indonesia masih berada pada level yang rendah dibandingkan negara lainny seperti Cina yang juga pada kategorisasi yang sama tetapi level pendapatan per kapitanya sudah melampaui US$ 10 ribu atau mendekati high income.
"Perkiraan saya, pada evaluasi 2025 nanti, sepanjang pendapatan per kapita kita meningkat terus misalnya naik jadi sekitar US$ 6.000, kelihatannya akan ada pengaruhnya," kata dia.
Pengaruh terutama terlihat dari sisi batas dan tingkat bunga pinjaman yang diberikan. Dengan pendapatan per kapita terus naik dan makin tinggi, kemungkinan limit pinjaman yang diberikan bisa semakin dikurangi dan ada evaluasi lagi terhadap biaya pinjaman yanh diberikan.
Meski demikian, perubahan itu menurutnya bukanlah sebuah kerugian. Menurut dia, Indonesia dapat menangguk untung melalui peningkatan optimisme investor global dengan kenaikan status. Pemodal asing akan melihat ukuran ekonomi dan pasar di Indonesia semakin besar sehingga dipandang makin menguntungkan untuk tujuan investasi.
Selain itu, investasi yang akan masuk juga lebih bernilai tinggi dan adanya peluang transfer teknologi. Jika masih dalam kategori negara berpenghasilan menengah bawah atau berpenghasilan rendah, investor yang masuk tentunya juga masih cukup ragu untuk transfer teknologi.
"Semakin pendapatan meningkat, maka investor akan melihatnya pasar negara tersebut semakin besar sehingga semakin menguntungkan untuk tujuan investasi. Itu sebetulnya lebih sustainable," kata dia.