Menlu Retno: Indo-Pasifik Tak Boleh jadi Medan Perang Berikutnya
Indonesia memperingatkan wilayah Indo-Pasifik berada di posisi kritis di tengah masih tingginya ketegangan di kawasan. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengingatkan, negara-negara peserta KTT Asia Timur perlu mengambil tindakan konkret agar kawasan Indo-Pasifik tak jadi medan pertarungan berikutnya.
Adapun kawasan Indo-Pasifik membentang mulai dari pesisir timur Afrika dan Laut Merah sebelah barat, hingga wilayah pulau-pulau terluar Kepulauan Mikronesia, Melanesia Polinesia, dan Indonesia, dengan batas utara pesisir Semenanjung Korea, Jepang Selatan, dan Hawaii, serta batas selatan pada ujung selatan Benua Afrika, Shark Bay di Australia Barat, dan Sydney di pesisir timurnya
Menteri luar negeri negara peserta KTT Asia Timur atau EAS berkumpul di Jakarta pagi ini, Jumat (14/7) di tengah pertemuan ke-56 Menlu ASEAN. Asosiasi ini beranggotakan 10 negara anggota ASEAN dan delapan negara Asia Timur dan pasifik yang di dalamnya termasuk dua raksasa Cina dan Amerika Serikat.
"Kita semua tahu publik memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap EAS sebagai satu-satunya forum yang melibatkan semua negara penting di Indo-Pasifik," kata Retno dalam pidato pembukanya pada pertemuan tersebut, Jumat (14/7).
Kawasan ini memegang peran penting yang menyumbang 60% dari total penduduk dunia. Selain itu, kawasan ini juga menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dalam tiga puluh tahun ke depan.
Namun, Indo-Pasifik masih menghadapi beberapa pekerjaan rumah yang belum selesai. Retno menyebut, Indo-Pasifik masih jauh dari kepastian terhadap lingkungan yang kondusif. Di sisi lain, berbagai hal penting seperti teknologi, kesehatan dan energi terbarukan terus berkembang setiap hari.
Ketidakpercayaan dan ketidakpastian tetap membayangi kawasan. Retno mengatakan, beberapa pihak juga menyebut Indo-Pasifik mengidap gejala 'perang dingin di tempat yang panas'. Ia pun mengingatkan agar kawasan ini tidak menjadi medan pertarungan berikutnya.
"Tidak ada lagi waktu, sekali lagi saya katakan tidak ada lagi waktu untuk tindakan yang tidak jelas. Saya tidak segan untuk mengatakan apa yang ingin saya sampaikan saat ini bahwa Indo-Pasifik berada pada titik kritis," kata Retno.
Ia mengajak negara-negara di Asia Timur untuk menjaga kawasan Indo-Pasifik tetap stabil. Bukan hanya sebagai penyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, kawasan ini diharap bisa berkontribusi terhadap perdamaian dunia dan menjadi contoh kawasan lainnya.
Perempuan 60 tahun itu menekankan pentingnya kerja sama dan mengibaratkan EAS layaknya kereta api. Komitmen negara-negara peserta terhadap perjanjian persahabatan dan kerja sama atau TAC dan Prinsip Bali bekerja sebagai rel kereta, sementara negara peserta bertugas sebagai insinyur yang membangun jembatan.
Ia juga mendorong negara-negara untuk dapat merealisasikan gagasan terkait 'bersatu dalam perbedaan' sebagaimana konsep yang sudah dibangun para pendahulu. Konsep itu diharap bisa diaplikasikan saat ini ketika berbicara terkait Indo-Pasifik.
"Kita semua memiliki perbedaan, tetapi terserah kita untuk menggunakan perbedaan ini sebagai kekuatan pemisah atau mengubahnya menjadi kekuatan yang memperkaya upaya kolektif kita," kata Retno.
Untuk kelima kalinya, Indonesia didapuk menjadi Keketuaan ASEAN. Situasi dunia tahun ini yang belum kondusif tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengemban amanah tersebut. Persaingan kekuatan besar dunia yang meruncing mesti dikelola dengan baik agar konflik terbuka dan perang baru tidak muncul, terutama di Asia Tenggara.
Keketuaan Indonesia juga diharapkan menjadi pintu bagi ASEAN untuk berperan aktif dalam perdamaian dan kemakmuran di kawasan melalui masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, Indonesia hendak memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.
Simak selengkapnya di https://katadata.co.id/asean-summit-2023 untuk mengetahui setiap perkembangan dan berbagai infomasi lebih lengkap mengenai KTT Asean 2023.
#KatadataAseanSummit2023 #KalauBicaraPakaiData