Tahun Terakhir Jokowi, Target Pertumbuhan Ekonomi Masih 5%
Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sebesar 5,2%. Target tersebut lebih optimistis dibandingkan sejumlah proyeksi lembaga keuangan internasional tetapi lebih rendah dari target tahun ini sebesar 5,3%.
"Stabilitas ekonomi makro akan terus dijaga," kata Jokowi di depan anggota DPR RI hari ini, Rabu (16/8).
Jokowi pun memperingatkan agar Pemilu dan Pilkada yang akan dilaksakan tahun depan dapat berjalan kondusif dan damai. Hal ini penting untuk meningkatkan optimisme perekonomian dalam jangka pendek.
Adapun inflasi tahun depan ditargetkan bisa terjaga di kisaran 2,8%. Ia memastikan peran APBN akan tetap dioptimalkan untuk memitigasi tekanan inflasi, baik akibat perubahan iklim maupun gejolak eksternal. Koordinasi kuat di bawah forum Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/D) akan terus dijaga.
Jokowi menyebut Indonesia saat ini menjadi sedikit negara yang pemulihan ekonominya paling cepat, konsisten dan inklusif. Selama tujuh kuartal terakhir, pertumbuhan ekonomi konsisten berada di atas 5%.
Bukan hanya perekonomian saja yang pulih cepat, menurut dia, kesejahteraan masyarakat dinilai membaik. Tingkat pengangguran bisa turun menjadi 5,45% pada Februari 2023, dari 2021 masih di atas 6%. Sementara tingkat kemiskinan juga terus menurun menjadi 9,36% pada Maret 2023, dari puncaknya di masa pandemi 10,19% pada September 2021. Begitu juga dengan kemiskinan ekstrem yang turun dari 2,04% pada Maret 2022 menjadi 1,12% pada Maret 2023.
"Pemulihan ekonomi yang cepat dan kuat telah membawa Indonesia naik kelas, masuk kembali ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas di tahun 2022," kata Jokowi.
Pemerintah sebelumnya menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,3-5,7%, sebagaimana termuat dalam dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF). Namun dalam pembahasan dengan DPR, target direvisi menjadi 5,1-5,7%.
Target pertumbuhan ekonomi tersebut lebih optimistis dibandingkan beberapa proyeksi lembaga keuangan internasional. Proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) lebih rendah dari target tersebut yakni hanya tumbu 5%. Proyeksi tersebut tela direisi dari proyeksi April lalu bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,2% tahun depan.
Bank Pembangunan Asia (ADB) juga memperkirakan pertumbuhan hanya 5%. Bank Dunia punya ramalan lebih suram, pertumbuhhan ekonomi hanya 4,9%. Bank Dunia memperkirakan perekonomian Indonesia baru bisa kembali ke 5% pada 2025.
Di bawah Rata-rata untuk Jadi Negara Maju
Meski target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan masih lebih baik dibandingkan ekspektasi banyak lembaga internasional, target tersebut di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk menjadi negara maju.
Jokowi menargetkan Indonesia dapat menjadi negara maju pada 2045. Saat itu, rata-rata pendapatan per kapita atau penduduk Indonsia nasional diharapkan mencapai US$ 30.300 atau sekitar Rp 454 juta dengan asumsi kurs saat ini.
Target Indonesia untuk menjadi negara maju, salah satunya akan didorong oleh bonus demografi yang saat ini di Indonesia telah memasuki bonus demografi sejak 2018. Berdasarkan data yang dipaparkan Airlangga, rasio ketergantungan penduduk di Indonesia terus menurun dari 50,5% pada 2010 menjadi 46,3%pada 2018 dan terus menurun hingga 45,5% pada 2020.
Namun demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan Indonesia membutuhkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6% sampai 7% per tahun agar keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah. Jika rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6%, menurut dia, Indonesia akan mampu keluar dari jebakan kelas menengah pada 2041. Sementara jika rata-rata pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 7%, maka Indonesia akan keluar dari jebakan kelas menengah pada 2038.
"Oleh karena itu, pembangunan ke depan harus diubah tidak hanya sebatas reformatif, tetapi juga informatif," kata dia pada Juli 2023.