Bank Dunia Puji Penanganan Stunting Indonesia
Presiden Bank Dunia Ajay Banga memuji sistem penanganan tengkes alias stunting Indonesia. Langkah ini dapat memperbaiki kehidupan generasi muda dan di masa depan.
“Saya sangat terpukau dengan kemajuan penanganan tengkes, dari 30,8% (pada 2018) turun jadi 21,6% (pada 2022) dan anda menargetkan sampai 14%,” kata Ajay Banga, Desa Serdang Kulon, Tangerang, Banten, Kamis (7/9).
Di hari terakhir kunjungannya ke Indonesia, Banga menggarisbawahi satu hal yang berbeda di penanganan tengkes Indonesia dan bisa dipelajari dunia internasional, yaitu kesukarelawanan.
Baginya, pemberian uang dan pengetahuan bisa dilakukan oleh semua orang. Namun, sukarelawan yang mau berbagi pengetahuan dan mendampingi ibu hamil tidak selalu bisa disediakan oleh pemerintah.
“Ketika Anda melibatkan warga, maka akan makin sukses. Itu adalah kekuatan efek pengganda yang bisa saya ambil dan pelajari,” ucap Banga.
Desa Serdang Kulon menerapkan sistem kesehatan dasar berdekatan satu sama lain. Mulai dari pendaftaran bayi di Puskesmas, pengukuran, hingga pencatatan pertumbuhan bayi di Kartu Ibu dan Anak dilakukan di satu rumah.
Bergerak ke rumah sebelahnya, para ibu yang tengah hamil di trimester pertama hingga ketiga bisa mengikuti kelas pra kehamilan. Di belakang dua rumah tersebut, terdapat sebuah kelas pendidikan anak usia dini alias PAUD. anak dari usia tiga tahun bisa mendaftar di PAUD tersebut.
Para ibu yang memiliki anak balita dapat pula berdiskusi dalam Bina Keluarga Balita yang terletak di antara Puskesmas dan PAUD.
Dalam kunjungan Presiden Bank Dunia ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menunjukkan bagaimana imunisasi polio dilakukan di Puskesmas. Eks Direktur Utama Bank Mandiri ini duduk di sebelah ibu yang menggendong bayi dan meneteskan imunisasi polio pada bayi tersebut.
Adapun desa Serdang Kulon menjadi salah satu wilayah program Investing in Nutrition and Early Years. Ini adalah program Bank Dunia yang khusus menangani masalah tengkes di Indonesia. Program INEY tahap pertama sudah berjalan dari 2018 hingga 2023 dengan total pendanaan US$ 400 juta.
Per 26 Juni lalu, Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia sepakat melanjutkan INEY ke tahap kedua, dari 2023 hingga 2028. Untuk INEY-2, sudah ada pendanaan US$ 600 juta dari salah satu grup Bank Dunia, Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan. Seluruh pendanaan Bank Dunia ini bersifat soft loan yakni pinjaman jangka panjang dengan bunga yang sangat lunak.
Ada juga dukungan tambahan yakni hibah US$ 16 juta dari berbagai yayasan. Mulai dari Global Financing Facility for Women, Children, and Adolescents, kemitraan teknis dengan Bill and Melinda Gates Foundation dan Tanoto Foundation, dan dengan kontribusi tambahan yang diharapkan dari Gavi Alliance.