Neraca Dagang Agustus Turun 2,65%, Kemenkeu: Tidak Hanya di Indonesia
Neraca perdagangan Agustus 2023 mengalami surplus sebesar US$ 3,12 miliar, tapi turun 2,65% secara tahunan (year-on-year). Turunnya neraca dagang didorong oleh penurunan ekspor semua sektor.
Penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, tapi juga terjadi di banyak negara.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan ekspor periode Januari hingga Agustus 2023 mencapai US$171,52 miliar. Adapun impor Agustus 2023 tercatat US$18,88 miliar atau turun 14,77% (yoy).
Impor bahan baku/penolong dan barang modal mengalami penurunan, sedangkan impor barang konsumsi masih tumbuh sebesar 15,47% (yoy). Secara kumulatif impor periode Januari – Agustus 2023 tercatat US$ 147,18 miliar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menilai penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara, akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia.
Ekspor Cina dan India turun selama Januari – Agustus 2023. Di kawasan ASEAN, ekspor Vietnam juga mengalami penurunan dalam periode yang sama. Sedangkan Malaysia dan Thailand turun pada periode Januari – Juli 2023. "Hal ini menunjukkan bahwa dampak perlambatan ekonomi global terjadi secara luas,” kata Febrio dalam keterangan resminya dikutip, Senin (18/9).
Meskipun pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, tapi masih menunjukkan peningkatan secara volume. Febrio menilai permintaan ekspor produk unggulan Indonesia masih kuat, tercermin dari pertumbuhan volume ekspor non migas yang masih tumbuh 9,5% pada periode Januari – Agustus 2023.
Volume ekspor bahan bakar mineral termasuk batu bara, minyak hewani atau nabati, besi baja, kendaraan, logam mulia dan nikel, secara kumulatif Januari – Agustus 2023 masih meningkat signifikan. Kinerja ekspor-impor Indonesia kedepannya diperkirakan masih berada dalam tren positif, meskipun sedikit melambat seiring dengan moderasi harga komoditas dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Keberlanjutan tahapan hilirisasi mineral yang terus didorong untuk dapat mendukung dan berpartisipasi dalam rantai pasok global juga diyakini terus memberikan manfaat yang signifikan pada daya saing dan kinerja ekspor nasional.
Dampak penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global, terutama dari negara mitra dagang utama Indonesia, mulai dirasakan khususnya pada kinerja perdagangan.
"Untuk itu, pemerintah akan terus mengambil langkah-langkah antisipatif dengan terus mendorong keberlanjutan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), meningkatkan daya saing produk ekspor nasional, dan diversifikasi mitra dagang utama," kata Febrio.