Rupiah Melemah 15.726 per US$ Akibat Data Inflasi AS
Mengakhiri pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah 0,17% ke level 15.726. Pelemahan rupiah diprediksikan akan berlanjut setelah data inflasi AS tercatat yang lebih tinggi.
Analis rupiah Lukman Leong memperkirakan dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang di dunia, termasuk rupiah, setelah data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan.
Data menunjukkan inflasi AS naik 3,7% sama seperti bulan sebelumnya. Data tersebut juga menyebabkan melonjaknya imbal hasil obligasi AS.
Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang 15.650-15.750.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra pun menilai rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini, setelah data inflasi konsumen AS bulan September menunjukkan inflasi yang juga belum turun.
Selain itu, data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang dirilis semalam juga menunjukkan kondisi ketenagakerjaan yang masih solid. Angka klaim masih di kisaran 209.000 seperti pekan sebelumnya.
“Hasil ini mengukuhkan ekspektasi pasar bahwa suku bunga tinggi akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata Ariston.
Indeks dolar AS kembali menguat di atas 106 setelah sebelumnya bergerak di kisaran 105. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS pun terlihat bergerak naik.
Data lain yang mempengaruhi rupiah terhadap dolar AS adalah data inflasi Cina yang baru saja dirilis pagi ini.
Data menunjukkan inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya yang bisa diartikan ada penurunan aktivitas ekonomi di Cina.
“Ini mungkin juga memberikan tekanan untuk Rupiah dimana China adalah mitra dagang besar untuk Indonesia,” kata Ariston.
Hari ini potensi pelemahan rupiah ke arah 15.730 dengan potensi support di sekitar 15.650.