The Fed Pertahankan Level Suku Bunga Acuan 5,25%-5,5%
Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan tak berubah dalam kisaran 5,25%-5,5%. Hal itu disampaikan dalam konferensi pers pada Rabu (1/11) waktu setempat, setelah pertemuan kebijakan yang berlangsung dua hari terakhir.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kebijakan mempertahankan suku bunga acuan stabil adalah tindakan yang lebih baik di tengah ketidakpastian ekonomi. Menurut dia, The Fed juga mempertimbangkan data pekerjaan dan harga berkembang.
Para pengambil kebijakan berupaya menentukan apakah kondisi keuangan sudah cukup ketat untuk mengendalikan inflasi, atau apakah perekonomian yang terus melampaui ekspektasi mungkin memerlukan tindakan pengendalian?
Menurut Powell, situasi ini masih menjadi teka-teki. Para pejabat bank sentral AS bersedia kembali menaikkan suku bunga acuan jika kenaikan inflasi terhenti. Namun, khawatir kenaikan suku bunga berbasis pasar berpotensi membebani ekonomi, dan berusaha untuk tidak mengganggu dinamika pertumbuhan lapangan kerja dan upah yang stabil.
Sekitar 20 bulan setelah The Fed melakukan pengetatan kebijakan moneter yang agresif, Powell mengatakan belum ada kepastian bahwa kondisi keuangan masih cukup ketat untuk mengendalikan inflasi.
“Kami tidak yakin bahwa kami belum mencapai atau sudah mencapai kondisi yang cukup membatasi. Inflasi sudah turun, tapi masih berjalan jauh di atas target kami sebesar 2%," kata Powell seperti dikutip Reuters, Kamis (2/11).
Berdasarkan data The Fed, inflasi tahunan pada September tercatat 3,4%, tidak termasuk biaya makanan dan energi yang bergejolak. Angka itu menurun dari inflasi Agustus yang berada di level 3,7%.
Kendati demikian, Powell mengakui kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, suku bunga hipotek rumah, dan biaya kredit lain yang didorong oleh pasar baru-baru ini bisa berdampak pada perekonomian AS selama hal tersebut terus berlanjut. Para pejabat The Fed akan memperhatikan dampak tersebut dengan cermat sebagai bahan pertimbangan untuk menaikkan suku bunga kebijakan bank sentral lagi atau tidak.
“Imbal hasil (yield) Treasury yang lebih tinggi ini terlihat dari tingginya biaya pinjaman untuk rumah tangga dan dunia usaha. Biaya yang lebih tinggi akan membebani aktivitas ekonomi jika pengetatan ini terus berlanjut,” kata Powell.