Rupiah Menguat 15.867 per US$ Dipicu Imbal Hasil Obligasi AS Turun
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 0,43% ke level 15.867 pada perdagangan Kamis (2/11). Para pengamat memperkirakan penguatan rupiah akan berlanjut setelah imbal hasil obligasi AS turun.
Analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan menguat terhadap dolar AS di tengah penurunan imbal hasil obligasi AS. Selain itu, data manufaktur Institute for Supply Management (ISM) AS juga dilaporkan lebih lemah.
“Tidak ada kejutan dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) maupun pernyataan ketua bank sentral AS, Federal Reserve Jerome Powell,” katanya, Kamis (2/11).
Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang 15.800-15.900.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai dolar AS dalam tekanan turun pasca-pengumuman kebijakan moneter terbaru Bank Sentral AS dinihari tadi. Imbal hasil obligasi pemerintah AS pun menurun. "Yield tenor 10 tahun turun ke area 4,7% dari sebelumnya di area 4,9%," ujar Lukman.
Menurut dia, sikap Bank Sentral AS yang tidak terlalu hawkish terhadap kebijakan suku bunga tinggi di masa yang akan datang mendorong pelemahan dolar AS tersebut.
“The Fed memang mengingatkan bahwa belum ada keinginan memangkas suku bunga acuan AS dan masih membuka opsi kenaikan suku bunga di rapat yang akan datang. Tapi Pernyataan the Fed ini bukan hal baru untuk pasar,” katanya.
Hasil the Fed ini untuk sementara dimanfaatkan pelaku pasar untuk masuk kembali ke aset berisiko, dengan kenaikan indeks saham AS semalam dan Asia pagi ini sehingga berpotensi mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini.
Potensi penguatan rupiah diperkirakan ke arah 15.850-15.830 dengan potensi resisten di kisaran 15.950.