Guncangan Harga Minyak Ancam Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global 2024
Fitch Ratings menilai harga minyak yang lebih tinggi dari perkiraan dalam skenario dimana konflik Timur Tengah, akan mengganggu pasokan minyak akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dan inflasi lebih tinggi.
Lembaga pemeringkat ini memperkirakan pertumbuhan PDB dunia akan turun 0,4 poin persentase (pp) pada 2024, namun hanya 0,1pp lebih rendah pada 2025. Hal ini dapat terjadi, jika harga minyak terus-menerus berada di level tinggi.
Tahun ini, harga minyak rata-rata sebesar US$ 82/barel (seri Haver Brent EIA), hingga serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Kejadian tersebut kemudian memicu serangan balasan dari Israel, dan membuat harga meningkat menjadi US$ 94/barel, sebelum turun menjadi US$ 87/barel pada awal November.
Meski kini harga minyak tengah turun, Fitch memperkirakan adanya lonjakan ke depan jika konflik tak kunjung reda, Harga minyak yang lebih tinggi, akan menghambat pertumbuhan PDB di hampir semua perekonomian yang masuk dalam kategori 'Fitch 20', meskipun dampaknya akan hilang secara luas pada 2025.
"Tidak adanya peningkatan pertumbuhan yang signifikan pada 2025 menyiratkan dampak jangka panjang, meskipun secara umum moderat, terhadap tingkat PDB di sebagian besar negara, yang dapat mempengaruhi penilaian potensi pertumbuhan," tulis Fitch Ratings dalam laporannya, dikutip Sabtu (11/11).
Dampak negatif pertumbuhan pada 2024 dibandingkan dengan perkiraan Global Economic Outlook (GEO) Fitch September lalu, yang berkisar antara 0,1pp di Indonesia hingga 0,9pp di Korea. AS, zona euro, dan Jepang melihat dampak sebesar 0,5pp.
Dampak terbesar di antara negara-negara emerging market utama akan terjadi di Afrika Selatan dan Turki (0,7pp). Rusia, dan pada tingkat lebih rendah Brazil, akan merasakan dampak positif karena peran penting produksi minyak di negara-negara tersebut. Dengan menggunakan dampak agregat pada Fitch 20, kekurangan pertumbuhan PDB global akan menjadi 0,4pp pada tahun 2024 dan 0,1pp pada 2025.
Harga minyak yang lebih tinggi akan menyebabkan tingkat inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada tahun 2024, diikuti oleh koreksi pada tahun 2025. Turki mengalami kenaikan persentase poin tertinggi dalam perkiraan inflasi, diikuti oleh India dan Polandia. Namun, peningkatan relatif di India dan Polandia akan jauh lebih besar.
Di antara negara-negara maju, dampaknya akan lebih kecil karena AS mencatat tingkat inflasi sekitar 2pp lebih tinggi dari perkiraan pada akhir 2024, Kanada mengalami peningkatan moderat (0,4pp) dari angka dasar, dan inflasi di negara-negara maju lainnya lebih tinggi rata-rata 1,4pp.
Dampak inflasi hanya akan terjadi dalam waktu singkat dan sebagian diimbangi dengan tingkat inflasi yang lebih rendah dari perkiraan pada 2025. Brasil dan Meksiko merupakan negara yang berbeda dengan inflasi yang lebih tinggi pada 2025.
Respons kebijakan moneter dalam skenario ini tidak terlalu kuat karena guncangan pada sisi penawaran akan meningkatkan tekanan harga melalui kenaikan harga dan biaya bahan bakar, namun mengurangi permintaan dari perusahaan dan rumah tangga. Bank-bank sentral, meskipun semua kondisinya sama, diperkirakan akan berupaya menaikkan suku bunga kebijakan untuk mengatasi inflasi yang lebih tinggi.
"Dampak-dampak ini secara umum saling menghilangkan dalam analisis skenario berbasis model dengan penurunan suku bunga yang sedikit lebih lambat pada semester II-2024, dibandingkan dengan baseline kami," tulis Fitch Ratings dalam laporannya.
Namun, setelah guncangan inflasi global yang parah dalam dua tahun terakhir, kenaikan inflasi yang kembali terjadi akan sangat menantang upaya bank sentral untuk mengembalikan inflasi ke targetnya dan dapat meningkatkan ekspektasi inflasi.
Guncangan harga minyak yang terkait dengan konflik Timur Tengah dapat disertai dengan kondisi keuangan yang lebih ketat, kepercayaan bisnis dan konsumen yang lebih rendah, serta koreksi di pasar keuangan.
Memodelkan guncangan yang lebih parah dengan memasukkan tambahan penurunan harga saham sebesar 10% pada semester I-2024 memiliki dampak yang lebih besar, dengan pertumbuhan PDB tahun depan lebih rendah dari baseline sebesar 0,5pp hingga 0,9pp di AS, Jepang, Cina, zona euro, dan Inggris, dan PDB dunia 0,6pp lebih rendah.
Dampak kredit negara dari harga minyak yang lebih tinggi dari perkiraan akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk konsekuensi terhadap keuangan publik, keuangan eksternal dan kondisi pembiayaan, serta keseimbangan eksportir dan importir energi dalam portofolio negara Fitch.