The Fed Beri Sinyal Tahan Suku Bunga, Rupiah Menguat Jadi Rp15.548/US$

 Zahwa Madjid
12 Januari 2024, 09:31
rupiah, the fed, inflasi amerika,
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung di Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Rupiah menguat 0,13% ke level Rp 15.548 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan Jumat (12/1). Ini dipengaruhi oleh pernyataan salah satu pejabat bank sentral AS, The Federal Reserve yang menyatakan akan menahan suku bunga.

Kepala Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menilai pernyataan The Fed tersebut berbeda dengan pernyataan pada Desember, bahwa bank sentral masih perlu menilai apakah proses pengetatan sudah memadai.

“Sikapnya mencerminkan pergeseran stance anggota FOMC yang cenderung lebih dovish,” ujar Joshua kepada Katadata.co.id, Jumat (12/1).

Presiden Federal Reserve Bank of New York John Williams pun mengatakan pada Rabu (10/2), terlalu dini untuk menyerukan penurunan suku bunga karena bank sentral masih perlu mengembalikan inflasi ke target 2%.

Tingkat likuiditas sektor perbankan tidak menandakan adanya kebutuhan jangka pendek bagi bank sentral untuk menghentikan kontraksi neraca keuangan. Ini merupakan proses yang melengkapi kenaikan suku bunga dalam mendorong inflasi ke 2%.

Kendati demikian, Joshua mencatat investor masih mempertahankan ekspektasi terhadap penurunan suku bunga acuan pada paruh pertama 2024 karena kenaikan inflasi pada Desember 2023 didorong oleh komponen non-inti.

“Mereka hanya sedikit menurunkan ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed pada Maret, dari 70% menjadi sekitar 65%,” ujarnya.

Ia memperkirakan rupiah bergerak ke rentang Rp 15.500 – Rp 15.600 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Analis pasar uang Ariston Tjendra menilai rupiah berpeluang menguat hari ini terhadap dolar AS ke arah Rp 15.500 – Rp 15.480, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.560.

Data inflasi Desember Amerika memang naik yakni dari 3,1% menjadi 3,4%. Namun ini tidak menurunkan ekspektasi investor bahwa the Fed akan memangkas suku bunga acuan pada Maret.

“Tingkat imbal hasil obligasi AS terutama tenor 10 tahun pun bergerak turun dari 4% ke 3,98%,” ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (12/1).

Selain itu data inflasi konsumen Cina Desember yang dirilis Jumat pagi (12/1)) menunjukkan sedikit perbaikan secara bulanan, yakni naik 0,1%. “Ini bisa diartikan konsumsi mulai membaik dan menjadi kabar positif untuk rupiah sebab Cina merupakan mitra dagang besar untuk Indonesia,” ujarnya.

Sejumlah mata uang Asia juga menunjukkan penguatan terhadap dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, baht Thailand menguat 0,13%, ringgit Malaysia 0,02%, yen Cina 0,11%, peso Filipina 0,07%, dolar Singapura 0,08%, dolar Hong Kong 0,02%, dan yuan Jepang 0,12%.



Reporter: Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...