IMF dan Bank Dunia Prediksi Perlambatan Ekonomi Global, Bagaimana RI?

Ferrika Lukmana Sari
12 Januari 2024, 20:39
IMF
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/Spt.
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (5/1/2024). Kementerian Keuangan memprediksi Indonesia masuk dalam salah satu negara ASEAN dan G20 yang ekonominya bertumbuh di atas lima persen pada 2024 dengan prediksi pertumbuhan sebesar 5,2 persen.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perlambatan ekonomi global masih menghantui Indonesia. Dalam outlook perekonomian global, semua organisasi internasional sepakat bahwa ekonomi global diproyeksikan mengalami perlambatan pada 2024, termasuk IMF dan Bank Dunia. 

IMF dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Oktober 2023 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya sebesar 2,9% pada 2024. Sementara Bank Dunia memprediksi ekonomi global juga melambat dari 2,6% pada 2023 menjadi 2,4% pada 2024.

Namun pemerintah masih optimis, Indonesia mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1%-5,7% pada 2024. Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso bahkan yakin, Indonesia bisa tumbuh lebih baik dari 2023.

“Walau dengan koreksi pertumbuhan [ekonomi global] jadi 2,4%. Yang jelas, kalau kita lihat dari sisi kebijakan kita sendiri, kita sudah merencanakan semuanya di 2024 termasuk kita membedah komponen-komponen PDB,” kata Susiwijono dilansir dari Antara, Jumat (12/1).

Menurut Susiwijono, perlambatan ekonomi global disebabkan oleh beberapa faktor seperti persaingan geopolitik yang tengah memanas, yang berujung pada disrupsi rantai pasok. Kemudian juga disebabkan oleh perubahan iklim, hingga pengetatan kebijakan moneter negara-negara maju yang masih berlanjut hingga saat ini.

"Intinya, pada saat kondisi ini, ekonomi global mengalami perlambatan. Perlambatan ini kan macam-macam, karena memang ada beberapa disrupsi masih terjadi, kemudian isu-isu mengenai perubahan iklim, komoditas, pengetatan kebijakan moneter dan lain sebagainya sudah kita hitung semua," ujarnya.

Dorong Konsumsi Rumah Tangga

Bagi Indonesia sendiri, Susiwijono menilai, daya beli masyarakat harus tetap terjaga. Untuk itu, pemerintah terus mendorong konsumsi rumah tangga dengan melanjutkan kebijakan bantuan sosial (bansos) untuk tahun ini.

Adapun program bansos yang sudah berjalan di antaranya tambahan bantuan pangan beras sebesar 10 kg/keluarga penerima manfaat (KPM) pada Desember 2023 dengan sasaran 21,3 juta KPM dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino sebesar Rp200 ribu/bulan selama November-Desember 2023 dengan sasaran 18,8 juta KPM.

Untuk penguatan UMKM di tengah suku bunga tinggi, pemerintah juga mendorong melalui percepatan KUR melalui layanan perbankan pada akhir pekan (weekend banking) agar penyerapan penyaluran KUR lebih optimal dan dapat mencapai target Rp 297 triliun.

Sedangkan dari sisi investasi (PMTB), sektor bangunan menjadi komponen PMTB terbesar yakni 74%. Salah satunya dari bangunan tempat tinggal dengan share 19,9%.

"Termasuk kita membedah komponen-komponen PDB kita, makanya kemarin kalau kita liat PDB kita kan masih share-nya paling tinggi konsumsi rumah tangga, kemudian investasi, dan government spending," kata Susiwijono.

Untuk mengantisipasi dampak perlambatan tersebut, pihaknya juga mendorong pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor yang mengandalkan pasar global, seperti ekspor furnitur.

“Antisipasi ke sektor-sektor yang kira-kira banyak bergantung ke global demand,  ke sektor furnitur yang dulu sempat stuck karena pasar internasionalnya mandek,” ujarnya.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...