Tertekan Harga Batu Bara dan CPO, Neraca Perdagangan RI Diramal Anjlok
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023 diperkirakan akan turun dibandingkan November. Penurunan ini dipengaruhi oleh komoditas ekspor utama seperti batu bara dan CPO.
Selain itu, PMI manufaktur mitra dagang utama Indonesia juga menunjukkan penurunan. Ini merupakan indikator ekonomi yang dibuat dengan melakukan survei terhadap sejumlah manajer bisnis di sektor manufaktur.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan data neraca perdagangan pada siang hari ini, Senin (15/1) pukul 11.00 WIB.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, surplus perdagangan akan berlanjut pada bulan Desember 2023, meskipun dengan nilai yang menurun. Neraca perdagangan diperkirakan surplus US$ 2,00 miliar atau turun dari surplus US$ 2,41 miliar pada bulan November 2023.
“Meskipun harga komoditas relatif stabil di bulan Desember 2023, komoditas ekspor utama seperti batu bara dan CPO, PMI manufaktur mitra dagang utama Indonesia menunjukkan penurunan. Hal ini mengindikasikan perlambatan permintaan global,” ujar Josua dalam risetnya, Senin (15/1).
Ekspor Desember 2023 juga diperkirakan mengalami penurunan 7,61% secara tahunan atau year-on-year (yoy), dibandingkan bulan sebelumnya. Oleh karena itu, kinerja ekspor untuk sepanjang tahun 2023 diperkirakan -11,48%yoy, di bandingkan laju pertumbuhan ekspor 2022 yang tercatat 26,05%yoy.
“Meskipun ada kenaikan harga batu bara di bulan Desember 2023 karena peningkatan permintaan musiman selama musim dingin, dan harga CPO yang relatif stabil yang dipengaruhi oleh dampak El Nino dari sisi pasokan serta permintaan global cenderung melemah,” ujar Josua.
Kinerja Impor Diprediksi Tumbuh
Sementara kinerja impor diperkirakan akan tumbuh sekitar 0,74% yoy, melambat dari 3,29% yoy pada bulan November 2023. Secara keseluruhan pada tahun 2023.
Impor diperkirakan akan menurun lebih rendah daripada ekspor karena mengalami kontraksi sebesar -6,35%, dibandingkan dengan pertumbuhan 21,03% yang terjadi pada tahun 2022.