Permudah Impor, Menko Airlangga Siapkan Aturan Baru di Sektor Ritel
Pemerintah tengah menyempurnakan regulasi terkait kemudahan impor dan kemudahan berusaha terutama terkait perizinan berusaha yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Kehadiran aturan itu diperlukan untuk menjaga bisnis ritel tetap tumbuh.
"Pemerintah telah mempertimbangkan pengaturan yang mengakomidir pola bisnis perusahaan global yang mengimplementasikan global supply chain dan ini akan menjadi salah satu kemudahan," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi dikutip Rabu (17/1).
Menurut Airlangga, dalam pengembangan sektor ritel, harus mempelajari kebijakan dari negara lain. Misalnya saja, belajar dari negara tetangga seperti Singapura maupun Thailand.
"Itu bisa menjadi benchmark, bagaimana wisata belanja bisa digunakan sebagai driver atau pun sebagai pengungkit untuk mendatangkan wisatawan mancanegara,” kata Airlangga.
Lebih lanjut, dia juga mengatakan, bahwa sektor swasta sebagai tulang punggung ekonomi nasional harus berperan aktif dalam berinvestasi dan berinovasi menciptakan konsep baru dalam memenuhi kebutuhan dan gaya hidup konsumen saat ini.
“Tentu ritel ini, menjadi hilirisasi daripada produk-produk nasional dan juga ritel ini menjadi salah satu masukan untuk pertumbuhan ekonomi. Nah, ini yang harus kita persiapkan,” kata Airlangga.
Sektor Ritel Jadi Indikator Ekonomi Makro
Airlangga menyebut, sektor ritel menjadi indikator untuk melihat bagaimana ekonomi makro berjalan. Salah satunya dengan memperhatikan kinerja penjualan ritel.
Bank Indonesia mencatat Indeks Penjualan Riil pada Desember 2023 tetap kuat sebesar 217,9 atau tumbuh 0,1% yoy. Secara bulanan, penjualan eceran juga diperkirakan meningkat pada bulan Desember sebesar 4,8% mtm sejalan dengan meningkatnya permintaan karena perayaan Natal dan tahun baru 2024.
Kemudian berdasarkan data dari Euromonitor, jumlah ritel di Indonesia mencapai 3,98 juta unit pada tahun 2022. Jumlah ini yang mencakup dari toko kelontong tradisional hingga hypermarket.
Laporan tersebut juga mencatat penjualan ritel di Indonesia mencapai US$ 100,4 miliar. Nila ini setara Rp 1.526,2 triliun, atau meningkat 8,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Ini menunjukkan peranan ritel untuk menunjang ekonomi serta pemenuhan kebutuhan konsumen,” ujar Menko Airlangga.
Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Tangguh
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mampu menunjukkan ketangguhan di tengah berbagai tantangan global dengan mencatatkan pertumbuhan pada kuartal tiga 2023 sebesar 4,94% yoy atau 5,05% ctc.
Hal ini dibarengi dengan level inflasi yang terus menunjukkan kinerja solid yang terjaga di kisaran sasaran 3,0% plus minus 1% yakni sebesar 2,61% yoy pada bulan Desember 2023.
Airlangga bilang, pencapaian tersebut salah satunya didukung sektor perdagangan besar dan eceran yang mampu tumbuh sebesar 5,08% yoy dengan kontribusi sebesar 12,96% terhadap PDB.
"Sedangkan dari sisi demand, sektor konsumsi rumah tangga tumbuh 5,06% yoy dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 52,62%," kata Airlangga.
Selain itu, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi juga terus meningkat, terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Desember 2023 sebesar 123,8 dan lebih tinggi dibandingkan bulan November yang tercatat sebesar 123,6.
“Kinerja perdagangan juga baik dari segi ekspor positif terus. Bahkan kita positif [seperti] dengan Cina. Nah, ini tentunya akibat daripada kebijakan hilirisasi," ujarnya.
Dengan realisasi itu, kata dia, kinerja ekonomi Indonesia bisa tumbuh positif seperti Cina. Bahkan bisa tumbuh positif dengan hampir seluruh mitra dagang seperti Eropa, dengan India, dengan Amerika.