Bahlil Kritisi Thomas Lembong soal IKN hingga Baterai Mobil Listrik
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengkritisi beberapa pernyataan Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal 2016-2019 Thomas Lembong terkait beberapa topik di antaranya investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN), investasi mangkrak, pembuatan Online Single Submission (OSS), dan industri baterai listrik.
Untuk diketahui, nama Tom Lembong mencuat setelah disinggung Calon Wakil Presiden Nomor Urut Dua Gibran Rakabuming Raka dalam Debat Cawapres terakhir, Minggu (21/1). Saat ini, Tom Lembong menjabat sebagai Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Investasi IKN
Tom Lembong sebelumnya menantang Bahlil untuk menjabarkan investasi di IKN. Sebab, dia menilai minat investasi dalam pembangunan IKN terbilang rendah.
Terkait hal itu, Bahlil mengatakan bahwa investasi yang dibutuhkan untuk IKN mencapai sekitar Rp 500 triliun. Adapun, 20% atau sekitar Rp 100 triliun dari investasi tersebut akan ditanggung pemerintah yang akan direalisasikan hingga 2044.
"Potensi investasi mana saja yang sudah masuk ada di kami, tapi akan kami umumkan ketika sudah groundbreaking. Kalau di zaman Tom Lembong dulu, baru masuk potensi dia sudah ngomong. Pada zaman saya tidak boleh itu," kata Bahlil dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (24/1).
Bahlil menyampaikan saat ini ada beberapa proyek yang sedang dibangun di IKN, seperti hotel, fasilitas olahraga, dan taman. Menurutnya, pembangunan proyek tersebut tidak menggunakan anggaran negara sama sekali.
Beberapa proyek hotel di IKN akan rampung pada Juli 2024, sementara proyek lainnya di IKN akan menyusul pada Agustus 2024. "Jadi, sangat keliru kalau minat investasi rendah. Jangan asal bunyi, asal bunyi itu tidak bagus," ujarnya.
Investasi Mangkrak
Kemudian terkait investasi mangkrak, Bahlil mencatat ada rencana investasi yang belum kunjung terealisasi senilai Rp 708 triliun sejak Tom Lembong menjabat sebagai Kepala BKPM. Untuk diketahui, Bahlil menjadi Kepala BKPM menggantikan Tom Lembong dan diangkat menjadi Menteri Investasi pada 2021.
Bahlil mencatat penyelesaian investasi mangkrak tersebut telah mencapai hampir 80% atau Rp 568,7 triliun. Menurutnya, 20% investasi lainnya tidak bisa direalisasikan lantaran ada masalah internal perusahaan atau terdampak pandemi Covid-19.
Bahlil mengumumkan tiga investasi mangkrak yang kini terealisasi adalah PT Lotte Chemical senilai Rp 60 triliun, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung Cirata, serta investasi PT Kobexindo Cement dan Hongshi Holding Group senilai US$ 1 miliar.
"Dulu investasi-investasi ini tidak bisa diselesaikan karena penyelesaiannya memakai ilmu lapangan. Tidak ada pendidikan di Harvard mengenai cara 'berkawan dengan hantu'," kata Bahlil.
Pembuatan OSS
Sementara itu, pembuatan Online Single Submission atau OSS awalnya diperdebatkan oleh Tom Lembong dan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Saat itu Tom Lembong menolak adanya OSS di lingkungan BKPM.
Berbeda, saat menjadi Kepala BKPM, Bahlil mengaku langsung menyetujui adanya OSS di seluruh proses administrasi BKPM. Alhasil, volume penerbitan nomor izin berusaha naik dari hanya 704.000 pada 2019 menjadi 4,06 juta pada 2023.
Peningkatan tersebut disebabkan penerbitan nomor izin berusaha per hari yang naik dari 1.927 pada 2019 menjadi lebih dari 11.000 nomor pada 2023. "Ini bentuk contoh saja antara tamatan Harvard dan universitas di Papua. Tidak boleh jadi mata-mata asing di Republik ini karena negara ini kami yang tahu," ujarnya.
Industri Baterai Listrik
Terkait industri baterai kendaraan listrik, Tom Lembong mengkritisi arah produksi industri baterai listrik di Indonesia tidak mengikuti tren pasar global.
Menurutnya, saat ini mobil listrik di pasar global cenderung menggunakan lithium ferro phosphate atau LFP, sedangkan baterai yang diproduksi di dalam negeri adalah Nickel-Mangan-Cobalt atau NMC.
Indonesia tercatat memiliki cadangan nikel sebesar 25% dari cadangan nikel global. Hal tersebut sejalan dengan karakter baterai NMC lantarn konten nikel dalam baterai tersebut mencapai 80%.
Bahlil mengatakan pabrikan baterai mobil listrik lokal tidak bisa memproduksi baterai LFP. Sebab, Indonesia tidak memiliki pasokan lithium maupun phosphate di dalam negeri. Pada saat yang sama, Tom Lembong menyatakan mayoritas mobil listrik saat ini menggunakan baterai LFP, salah satunya Tesla.
Bahlil berargumen baterai FLP hanya ditemukan pada Tesla dengan jarak tempuh standar. Sementara itu, Tesla dengan jarak tempuh lebih jauh menggunakan baterai NMC.
"Apa benar nikel akan ditinggalkan? Saya takut sekali kalau kami memberi data yang tidak valid, karena itu merusak saat memberikan pemahaman yang benar," ujarnya.