Rupiah Melemah Didorong Data Manufaktur AS yang di Luar Ekspektasi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah 0,29% ke level Rp 15.713 pada perdagangan Kamis (25/1). Pelemahan terjadi akibat dolar AS yang mendapatkan sentimen positif.
Mata uang rupiah ditutup melemah 76 poin di level 15.713 pada akhir perdagangan kemarin Rabu (25/1). Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menilai dolar AS masih mendapatkan sentimen positif dari ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS yang tidak terburu-buru.
Ekspektasi ini didukung oleh data the Purchasing Managers' Index (PMI) Januari yang di luar dugaan karena kembali masuk ke jalur ekspansi.
"Sebelumnya di bulan November dan Desember tahun lalu, data ini menunjukan kondisi manufaktur yang berkontraksi,” ujar Ariston.
Pagi ini, indeks saham Asia juga terpantau bergerak turun. “Ini bisa mengindikasikan bahwa sentimen pasar terhadap aset berisiko kurang positif,” ujarnya.
Melansir Bloomberg, sejumlah mata uang asia melemah terhadap dolar AS. Seperti baht Thailand melemah 0,05%, yen Cina melemah 0,07%, dolar Singapura dan dolar Hong Kong kompak melemah 0,01%, dan yuan Jepang melemah 0,09%.
Ariston memperkirakan potensi pelemahan rupiah hari ini di kisaran 15.750-15.780, dengan potensi support di kisaran 15700-15680.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai pelaku pasar sangat menantikan rilis Indeks Manajer Pembelian (PMI) AS hari ini dan laporan Produk Domestik Bruto (PDB) yang akan dirilis besok. Indikator-indikator ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai kesehatan perekonomian AS dan berpotensi mempengaruhi sikap Federal Reserve terhadap kebijakan suku bunga.
Menurut FedWatch Tool CME, diperkirakan tidak ada perubahan langsung terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve pada pertemuan akhir Januari mendatang.
“Tanda-tanda ketahanan pertumbuhan ekonomi dan inflasi memberi The Fed lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama,” ujar Ibrahim dalam risetnya.
Data tersebut juga dikeluarkan hanya beberapa hari sebelum pertemuan pertama The Fed pada tahun 2024. Bank sentral tersebut diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 23 tahun.
Selain itu, Bloomberg melaporkan bahwa pemerintah Tiongkok merencanakan paket dukungan besar-besaran sebesar 2 triliun yuan ($278 miliar) untuk pasar saham lokal. “Laporan tersebut memicu optimisme bahwa pemerintah akan memberikan lebih banyak dukungan bagi perekonomian,” ujarnya.
Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.700- 15.750.