The Fed Beri Sinyal Kembali Tahan Suku Bunga, Kapan Peluang Turun?

Ferrika Lukmana Sari
7 Maret 2024, 06:47
Suku Bunga
ANTARA FOTO/REUTERS/Elizabeth Frantz/wsj
Federal Reserve Board Chairman Jerome Powell speaks during a news conference following a two-day meeting of the Federal Open Market Committee (FOMC) in Washington, U.S., July 27, 2022.
Button AI Summarize

Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal untuk kembali menahan suku bunga acuan karena mempertimbangkan risiko inflasi dan tidak ingin terburu-buru melonggarkan inflasi terlalu cepat.

"Kami mempertimbangkan penyesuaian kisaran target suku bunga. Kami akan menilai dengan cermat setiap data yang masuk, prospek yang berkembang dan keseimbangan risiko," kata Ketua The Fed Jerome Powell dalam pidatonya di Capitol Hill dikutip dari CNBC, Kamis (7/3).

Powell berpendapat, penurunan suku bunga akan dilakukan jika Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan bergerak secara berkelanjutan ke level 2%.

“Kami pikir, dengan kekuatan perekonomian, kekuatan pasar tenaga kerja serta kemajuan yang telah kami capai, kami dapat mengambil langkah tersebut dengan hati-hati dan penuh pertimbangan serta dengan keyakinan yang lebih besar,” ujarnya.

Dengan pertimbangan kondisi tersebut, The Fed membuka peluang penurunan suku bunga pada tahun ini. “Ketika kami mencapai keyakinan itu, kami berharap akan mencapainya pada tahun ini. Kami kemudian dapat mulai menarik kembali pembatasan [suku bunga] tersebut terhadap kebijakan kami," kata Powell.

Prospek Ekonomi AS Belum Pasti

Secara keseluruhan, pidato tersebut tidak memberikan landasan baru terhadap kebijakan moneter atau prospek ekonomi The Fed. Namun, pidato tersebut mengindikasikan bahwa para pejabat The Fed tetap waspada untuk menjaga laju inflasi dan akan mengambil keputusan berdasarkan data yang masuk, bukan berdasarkan arah kebijakan yang telah ditetapkan.

“Kami yakin bahwa suku bunga The Fed kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan ini. Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, mungkin akan tepat untuk mulai mengurangi pembatasan kebijakan pada tahun ini,” kata Powell.

Namun untuk saat ini, kata Powell, prospek ekonomi masih belum pasti. Selain itu, penurunan laju inflasi mendekati 2% belum menjadi jaminan bagi ekonomi AS.

Ia kembali menekankan bahwa kebijakan penurunan suku bunga terlalu cepat dikhawatirkan tidak mampu menekan laju inflasi sehingga mengharuskan The Fed kembali menaikkan suku bunga. Namun jika menunggu terlalu, justru dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi AS.

Pasar Menanti Penurunan Suku Bunga The Fed

Pasar secara luas mengharapkan The Fed untuk segera melakukan pelonggaran secara agresif setelah 11 kali kenaikan suku bunga dengan total 5,25 basis poin yang berlangsung sejak Maret 2022 hingga Juli 2023.

Namun, dalam beberapa minggu terakhir, ekspektasi tersebut telah berubah menyusul beberapa pernyataan peringatan dari pejabat Fed. Pertemuan bulan Januari lalu telah memperkuat pendekatan hati-hati The Fed, dengan pernyataan yang secara eksplisit bahwa penurunan suku bunga belum akan terjadi meskipun ada prospek pasar.

Saat ini, proyeksi pasar berjangka mengarah pada pemotongan suku bunga pertama pada bulan Juni 2024, yang merupakan bagian dari empat pemangkasan suku bunga pada tahun ini dengan total poin penurunan secara penuh. Angka tersebut sedikit lebih agresif dibandingkan perkiraan The Fed pada bulan Desember yang memperkirakan tiga kali pemotongan suku bunga.

Target dan Proyeksi Inflasi AS

Meski diprediksi masih menahan suku bunga, Powell mencatat pergerakan yang telah dilakukan The Fed untuk mencapai sasaran inflasi 2% tanpa harus memengaruhi pasar tenaga kerja dan perekonomian AS secara lebih luas.

“Perekonomian telah mencapai kemajuan besar dalam mencapai tujuan-tujuan ini selama setahun terakhir. Inflasi telah menurun secara substansial karena risiko dalam mencapai tujuan lapangan kerja dan inflasi telah bergerak ke arah yang lebih seimbang," kata dia.

Inflasi saat ini berjalan pada tingkat tahunan di level 2,4% – 2,8% dan tidak memperhitungkan komponen makanan dan energi dalam angka inflasi inti telah menjadi fokus The Fed. Angka-angka tersebut mencerminkan perlambatan signifikan sejak tahun 2022 yang meluas pada harga barang dan jasa.

“Ekspektasi inflasi jangka panjang, tampaknya tetap terjaga dengan baik, sebagaimana tercermin dari berbagai survei rumah tangga, dunia usaha, dan cuaca, serta langkah-langkah dari pasar keuangan,” ujarnya.

Tantangan The Fed di Masa Pemilu AS

Meskipun The Fed berusaha untuk tidak terlibat dalam politik, namun masa pemilihan presiden AS akan menjadi tantangan tersendiri bagi bank sentral.

Mantan Presiden Donald Trump yang kemungkinan besar akan menjadi calon presiden dari Partai Republik, adalah seorang kritikus yang paling keras terhadap kebijakan Powell dan rekan-rekannya saat Trump masih menjabat.

Beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat, yang dipimpin oleh Senator Elizabeth Warren dari Massachusetts, telah meminta The Fed untuk menurunkan suku bunga karena tekanan meningkat, terutama pada keluarga berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. 

Anggota Parlemen Ayanna Pressley, D-Ohio dari Partai Demokrat misalnya, menyerukan penurunan suku bunga yang lebih rendah. Selama masa jabatannya, Partai Demokrat juga sering mengkritik Trump karena mencoba membujuk The Fed untuk memangkas suku bunga.

“Inflasi perumahan dan harga rumah yang terjangkau [adalah] isu nomor satu yang saya dengar dari konstituen saya. Keluarga-keluarga di distrik saya dan di seluruh negara ini membutuhkan bantuan sekarang. Saya sangat berharap The Fed akan mendengarkan mereka dan menurunkan suku bunga," katanya.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...