Pengamat Ungkap Sederet Dampak Konflik Iran - Israel pada Ekonomi RI
Eskalasi konflik yang terjadi di Timur Tengah diprediksi akan turut berdampak pada perekonomian RI. Terlebih setelah Iran menembakkan puluhan drone dan rudal ke wilayah Israel pada Sabtu (13/4).
Serangan tersebut merupakan balasan Iran atas serangan Israel di Kedutaan Besar Iran di Damaskus pada 1 April lalu. Salah satu dampak paling dekat berkaitan dengan pasokan global.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menjelaskan serangan Iran ke Israel punya 5 dampak yang serius ke ekonomi Indonesia. Pertama, memicu lonjakan harga minyak mentah ke US$ 85,6 uper barrel atau meningkat 4,4% year on year.
Sebagai negara penghasil minyak ke 7 terbesar di dunia, produksi dan distribusi minyak Iran bisa terpengaruh. Harga minyak yang melonjak berimbas ke pelebaran subsidi energi hingga pelemahan kurs rupiah lebih dalam.
“Bagi APBN artinya ada kemungkinan penambahan belanja subsidi energi tahun ini atau dikhawatirkan bbm subsidi akan disesuaikan harga dan kuota," ujar Bima kepada Katadata.co.id Rabu (17/4).
Dari sisi penerimaan negara ia menilai belum tentu naiknya harga minyak menguntungkan. Hal itu lantaran berbagai komoditas lain seperti batubara justru harganya anjlok.
Dampak kedua, keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang akibat meningkatnya risiko geopolitik. Menurut Bima Investor bisa saja mencari aset yang aman baik emas dan dolar AS sehingga rupiah bisa saja melemah hingga 17.000 per dolar AS.
Dampak ketiga berkaitan dengan kinerja ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika dan Eropa akan terganggu menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat di kisaran 4,6-4,8%. Adapun dampak keempat yaitu menimbulkan dorongan inflasi karena naiknya harga energi sehingga tekanan daya beli masyarakat bisa semakin besar.
“Rantai pasok global yang terganggu perang membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen,” ujarnya.
Lebih jauh Bima menjelaskan dampak kelima, suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama bahkan ada risiko suku bunga naik. Ia menyebutkan bagi masyarakat yang mau membeli kendaraan bermotor hingga rumah lewat skema kredit siap siap bunga nya akan lebih mahal.
Dampak Geopolitik
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita menilai dampak jika terjadi perang Iran-Israel sangat besar. Tidak saja dampak kepada ekonomi global akibat kemandegan pasokan minyak dunia dari Timur Tengah, terutama dari Hormuz Strait dan Laut Mediterania, tapi juga dampak geopolitik.
“Perang kedua negara akan membelah dunia menjadi dua kubu, karena kedua negara akan menjadi proxy geopolitik dari dua kubu yang sejak lama sulit untuk akur,” ujar Ronny kepada Katadata.co.id, Rabu (17/4).
Ia menilai Indonesia akan kena imbas cukup besar baik dari sisi ekspor maupun dari sisi kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar. Ronny mengatakan dampak yang terjadi sangat berpotensi menekan performa ekonomi kita ke zona kontraktif.
Ronny menilai imbas kenaikan minyak dunia akan memaksa pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM dalam negeri dengan mengurangi subsidi alias menaikan harga jual.
“Risikonya adalah inflasi. Jika inflasi meningkat, maka suku bunga akan berpotensi naik untuk menekan peredaran uang agar harga-harga kembali stabil,” ujarnya.
Kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi membawa rupiah semakin tertekan. Hal itu disebabkan ekspektasi terhadap ekonomi domestik semakin menurun di satu sisi dan penguatan dolar di sisi lain.
Berbagai dampak tersebut menurut dia selanjutnya akan semakin menjadi-jadi karena biaya impor bahan baku dan bahan baku penolong semakin mahal. Kondisi ini membuat biaya produksi barang berbasis bahan baku impor menjadi naik yang diikuti harga jual barang juga naik.
“Pertumbuhan ekonomi akan sangat tertekan, lalu pengangguran dan kemiskinan akan meningkat, yang kemudian semakin menekan konsumsi dan semakin menjatuhkan performa pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Menurut Ronny, hampir semua sektor akan terdampak jika ketegangan Iran Israel berbuah perang dan menekan perekonomian global. Harga-harga komoditas akan ikut naik, karena biaya transport naik, termasuk harga-harga komoditas yang akrab dengan masyarakat Indonesia, seperti CPO dan gula, garam, dan beras.
Kenaikan harga CPO akan mendorong naik harga minyak goreng, misalnya. Begitu juga harga gula yang masih berpatokan kepada harga gula internasional, akan menaikkan berbagai harga makanan jadi.
“Artinya, sektor consumer good juga akan sangat terimbas baik karena kenaikan harga bahan baku dan bahan penolong impor maupun karena pelemahan mata uang rupiah,” ujarnya.
Selanjutnya jika kenaikan harga minyak dunia memaksa pemerintah menyesuaikan harga BBM domestik, Ronny menilai biaya transport dalam negeri juga akan naik. Selanjutnya akan mendorong harga-harga lain naik dan menyebabkan inflasi.