Impor Beras RI Naik 921,5%, Terbesar dari Vietnam dan Thailand
Ketergantungan pemerintah atas impor beras makin besar. Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mencatatkan kenaikan impor beras mencapai 921,51% secara tahunan (yoy) pada Maret 2024.
Dari situ, Indonesia mengimpor beras hingga 567,22 ribu ton beras dengan nilai US$ 371,60 juta, atau setara Rp 6,03 triliun (kurs: Rp 16.235 per dolar AS).
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, impor beras Indonesia pada Maret 2024 juga meningkat 29,29% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
“Impor beras pada bulan Maret 2024, kira-kira naik 29,29% seperti tadi yang sudah saya sampaikan dalam slide [paparan] mengenai kenaikan impor tanaman serealia, gandum dan jagung" kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/4).
Amalia menyebutkan, tiga negara utama asal impor beras Indonesia. Mereka adalah Vietnam, Thailand dan Myanmar.
Berdasarkan data BPS, mayoritas impor beras berasal dari Vietnam sebesar 286,26 ribu ton, Thailand sebesar 142,65 ribu ton, Myanmar sebesar 76,61 ribu ton, Pakistan sebesar 61,57 ribu ton dan India sebesar 100 ton.
Nilai Impor RI Turun pada Maret 2024
Secara keseluruhan, nilai impor Indonesia pada Maret 2024 mencapai US$ 17,96 miliar, turun 2,60% dibandingkan Februari 2024 dan turun 12,76% jikan dibandingkan Maret 2023.
Terdiri atas impor minyak dan gas (migas) yang mencapai US$ 3,33 miliar pada Maret 2024. Nilai ini naik 11,64% dibandingkan Februari 2024 atau naik 10,34% dibandingkan Maret 2023.
Sementara impor non migas mencapai US$ 14,63 miliar pada Maret 2024. Nilai ini turun 5,34% jika dibandingkan Februari 2024 atau turun 16,72% dibandingkan Maret 2023.
Dari sepuluh golongan barang utama non migas, Amalia menyebut mesin/peralatan mekanis dan bagiannya mengalami penurunan US$ 473,0 juta atau sekitar 17,18% dibandingkan Februari 2024.
"Sementara peningkatan terbesar adalah serealia senilai US$ 182,2 juta atau 25,97%," kata Amalia.
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Maret 2024 adalah Cina dengan nilai US$ 16,44 miliar. Impor dari Cina berkontribusi 35,83% dari total impor non migas.
Kemudian impor dari Jepang mencapai US$ 3,30 miliar atau berkontribusi 7,19% dari total impor non migas pada Maret 2024. Diikuti impor dari Thailand senilai US$ 2,70 miliar dengan porsi mencapai 5,88%.