Sentuh Rp 16.242 per Dolar AS, Rupiah Berpeluang Melemah di Juni 2024

Ferrika Lukmana Sari
31 Mei 2024, 11:11
Rupiah
Fauza Syahputra|Katadata
Mata uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (15/5/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat 0,11% ke level 16.083 pada awal perdagangan Rabu (15/5).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah diperkirakan akan melanjutkan pelemahan pada bulan Juni 2024. Namun pelemahan itu akan bergantung pada data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan arah suku bunga Bank Sentral AS, The Fed.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berada di level Rp 16.242 per dolar AS. Yang artinya, nilai tukar rupiah sudah menjauhi level Rp 15.000 per dolar AS dan berpeluang kembali melemah.

Pelemahan itu sudah diproyeksikan oleh sejumlah analis. Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan peluang rupiah bergerak di atas Rp 16.000 per dolar pada Juni 2024 karena dolar AS makin kokoh.

"Semua itu tergantung data terbaru terutama inflasi AS. Tapi dengan sentimen yang mendukung penguatan dolar saat ini, ada peluang rupiah di atas Rp 16.000 per dolar AS," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (31/5).

Tak berbeda dengan Ariston, Analis Mata Uang Lukman Leong juga melihat peluang pelemahan rupiah  jika tensi geopolitik di Timur Tengah terus memanas pada bulan Juni 2024. 

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memperkirakan, pelemahan rupiah akan terjadi pada awal Juni 2024 karena perilaku risk off global. Risk off merupakan situasi di mana investor tidak ingin mengambil risiko tinggi, dengan kecenderungan untuk berinvestasi pada aset-aset berisiko rendah.

"Namun di pertengahan Juni, harapannya dibantu dengan rilis cadangan devisa Indonesia yang membaik seiring dengan peningkatan surplus neraca perdagangan. Harapannya, rupiah kembali terapresiasi," ujar Fikri.

Selain itu, Fikri juga mengungkapkan lima faktor yang bisa mendorong penguatan rupiah pada tahun ini.

  1. Peningkatan surplus perdagangan yang dapat mendorong surplus transaksi berjalan.
  2. Penurunan suku bunga The Fed, yang membuka ruang penurunan suku bunga Bank Indonesia
  3. Penurunan risiko geopolitik Timur Tengah hingga kontestasi pemilu AS
  4. Membaiknya defisit fiskal di dalam negeri yang mendorong masuknya arus modal asing ke SBN, saham dan pasar keuangan lain.
  5. Makin efektinya instrumen moneter BI termasuk open market operations (OMO), Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), Devisa Hasil Ekspor (DHE), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) dan lainnya.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...