Rupiah Berpeluang Menguat Didorong Penurunan Inflasi RI
Nilai tukar rupiah berpeluang menguat pada hari ini, terutama didorong oleh penurunan inflasi Indonesia. Tercatat inflasi tahunan turun dari 4% pada Mei 2023 menjadi 2,84% pada Mei 2024.
Berdasarkan data Bloomberg, perdagangan rupiah dibuka Rp 16.193 per dolar AS. Nilai itu menguat dibandingkan perdagangan Senin sore pada posisi Rp 16.230 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana bahkan, memprediksi penguatan rupiah pada posisi Rp 16.090 - Rp 16.290 per dolar AS.
"Penurunan inflasi ke angka 2,84% mendorong imbal hasil obligasi Indonesia 10 tahun dapat membesar dan diharapkan makin menarik minat investor asing berinvestasi di dalam negeri," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Selasa (4/6).
Tak berbeda dengan Fikri, Analis Mata Uang Lukman Leong juga melihat peluang penguatan rupiah di kisaran Rp 16.150 - Rp 16.250 per dolar AS karena penurunan inflasi.
"Penurunan inflasi tidak berpengaruh banyak ke rupiah. Tapi akan membuat rupiah lebih menarik, karena Bank Indonesia masih akan terus mempertahankan suku bunga untuk menjaga nilai tukar rupiah," kata Lukman.
Selain inflasi, Fikri memprediksi penguatan rupiah didorong oleh data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang masih ekspansif, terutama didorong permintaan baru dan diharapkan bisa meningkatkan surplus neraca perdagangan.
Senada dengan keduanya, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga melihat peluang penguatan rupiah di Rp 16.180 per dolar AS dengan posisi resisten di Rp 16.250 per dolar AS.
Menurut Ariston, penguatan rupiah akan didorong oleh penurunan tekanan indeks dolar AS. Pagi ini indeks dolar AS tercatat sudah di kisaran 104.05, atau turun dari pagi kemarin 104.50.
"Tekanan turun terhadap dolar AS ini mungkin imbas dari data indikator inflasi AS, Core PCE Price Index yang dirilis Jumat malam menunjukkan penurunan," kata Ariston.
Dengan penurunan itu, menurut Ariston, akan memberikan asa pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed sehingga memberikan sentimen positif terhadap rupiah dan pelaku pasar.
Selain itu, data PMI manufaktur AS pada bulan Mei juga menunjukkan penurunan. Hal ini menambah ekspektasi pelaku pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS pada tahun ini.