Rupiah Menguat Rp 16.275 per Dolar AS Usai The Fed Tahan Suku Bunga

Ferrika Lukmana Sari
13 Juni 2024, 09:52
rupiah
ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga/wpa.
Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Jakarta, Rabu (22/5/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada penutupan perdagangan hari ini Rabu (22/5) dari Rp15.990 per dolar AS menjadi Rp15.989 per dolar AS.
Button AI Summarize

Nilai tukar rupiah dibuka menguat Rp 16.275 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Sentral AS, The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,25% - 5,5%. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 19 poin (0,12%) dari perdagangan sebelumnya.

Sejumlah analis dan ekonom memperkirakan penguatan rupiah akan berlanjut pada hari ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana melihat potensi penguatan pada level Rp 16.200 - Rp 16.330 per dolar AS.

Menurut Fikri, penguatan rupiah kali ini didorong oleh empat faktor. Pertama, penurunan risiko geopolitik di Uni Eropa, khususnya Prancis. Kedua, adaya harapan penurunan risiko geopolitik di Timur Tengah.

Ketiga, mulai meningkatnya kemungkinan risk on di global market yang diharapkan akan mendorong arus modal asing masuk ke Indonesia. Keempat, inflasi AS kembali melandai di level 3,3% pada Mei 2024.

"Proyeksi suku bunga The Fed atau Fed dot plot memncerminkan kemungkinan penurunan suku bunga satu kali di tahun ini dan empat kali pada 2025," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Kamis (13/6).

Senada, Analis Mata Uang Lukman Leong juga melihat potensi penguatan rupiah pada level Rp 16.200 - Rp 16.300 per dolar AS setelah data inflasi AS terkoreksi lebih rendah dari perkiraan.

"Namun pidato Ketua The Fed Jerome Powell dinilai sedikit lebih hawkish atau menyiratkan kenaikan suku bunga, sehingga akan membatasi penguatan rupiah," kata Lukman.

Sebaliknya, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra justru melihat potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 16.350 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar Rp 16.250 per dolar AS.

"Ada potensi rupiah masih melemah terhadap dolar AS karena The Fed terlihat enggan untuk memangkas suku bunga acuannya dan melihat tingkat inflasi AS masih belum menuju ke target 2%," kata dia.

Selain itu, proyeksi The Fed juga memperlihatkan bahwa suku bunga hanya dipangkas 25 basis poin pada 2024, yang artinya hanya terjadi sekali. Ini lebih rendah dari perkiraan pasar yang mengharapkan dua kali penurunan suku bunga. 

"Sikap The Fed ini bisa mendorong penguatan dolar AS lagi terhadap nilai tukar lainnya, termasuk rupiah," kata Ariston.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...