Rupiah Anjlok Rp 16.358 per Dolar AS, Dipicu Pernyataan Ketua The Fed
Nilai tukar rupiah berpotensi melemah pada hari ini karena sentimen Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Karena bank sentral memberi sinyal untuk menahan suku bunga tinggi lebih lama lagi pada tahun ini.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah dan sudah menyentuh Rp 16.358 per dolar AS. Padahal, pada penutupan perdagangan kemarin masih di level Rp 16.270 per dolar AS.
Analis Mata Uang Lukman Leong memperkirakan pelemahan rupiah pada kisaran Rp 16.200 - Rp 16.300 per dolar AS karena penyataan hawskish oleh Ketua The Fed Jerome Powell, yang mengisyaratkan suku bunga berpotensi naik.
"Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yg rebound oleh dukungan pernyataan hawkish Powell walau data ekonomi menunjukan penurunan harga di AS," kata Lukman kepada Katadata.co.id, Jumat (14/6).
Senada dengan Lukman, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga melihat potensi pelemahan rupiah di kisaran Rp 16.300 - Rp 16.350 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 16.250 per dolar AS.
"Rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini. Indeks dolar AS bergerak menguat kemarin dan pagi ini sudah bergerak di atas kisaran 105.20. Pagi kemarin masih bergerak di kisaran 104.70," ujarnya.
Selain itu, hasil rapat the Fed kemarin juga menunjukkan sikap bank sentral yang enggan menurunkan suku bunga sehingga memicu penguatan dolar AS. Hal ini berakibat nilai tukar mata uang di emerging market bergerak melemah, tapi rupiah berhasil menguat, yang kemungkinan ada intervensi dari Bank Indonesia (BI).
Tak berbeda dengan yang lain, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga melihat kemungkinan pelemahan rupiah pada hari ini di level Rp 16.250 AS - Rp 16.350 per dolar AS.
Menurut Fikri, pelemahan rupiah terjadi karena indeks dolar AS kembali naik signifikan pada perdagangan tadi malam seiring dengan kembalinya sentimen risk off di pasar global. "Kemudian, ada peningkatan ketidakpastian politik di Uni Eropa, khususnya di Prancis dan Inggris," kata Fikri.