BI: Inflasi RI Turun dalam 10 Tahun Terakhir dan Terendah di Dunia

Ferrika Lukmana Sari
14 Juni 2024, 13:21
Inflasi
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/12/2023). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Button AI Summarize

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut tren inflasi di Indonesia cenderung turun dan terkendali dalam 10 tahun terakhir, termasuk salah satu yang terendah di dunia saat ini.

“Kami meyakini inflasi yang rendah sebagai faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan serta kesejahteraan rakyat,” ucap Perry dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6).

Pihaknya pun memperkirakan bahwa tingkat inflasi domestik pada sisa tahun 2024 ini akan tetap terkendali rendah dalam target kisaran, yakni 2,5% plus minus 1%.

Meskipun begitu, ia meminta pemerintah untuk mewaspadai dampak situasi dunia yang masih bergejolak akibat konflik geopolitik global yang masih berlanjut dengan memitigasi risiko peningkatan harga pangan dan energi untuk mengendalikan inflasi.

“Kondisi global masih belum ramah dan berbagai tantangan ke depan perlu kita hadapi dengan upaya dan sinergi yang berkelanjutan. Kesinambungan adalah sangat penting untuk pengendalian inflasi ke depan,” kata Perry.

Gandeng 46 Kantor Wilayah BI

Pihaknya pun terus berupaya mempererat sinergi pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian inflasi melalui perluasan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di seluruh 46 Kantor Wilayah Bank Indonesia.

Upaya tersebut dilakukan untuk mengamankan ketersediaan pasokan dan meningkatkan kelancaran distribusi pangan serta mengatasi berbagai permasalahan struktural seperti produktivitas, efisiensi distribusi, dan integrasi data pangan.

Selain program GNPIP, sinergi dengan pemerintah daerah pun diperkuat melalui berbagai program lain, seperti ketahanan komoditas pangan, kerjasama antardaerah, fasilitas distribusi pangan, serta digitalisasi.

“Dalam kondisi global yang masih bergejolak ini, kebijakan moneter akan secara konsisten diterapkan untuk menjaga stabilitas dengan memastikan inflasi tetap terkendali dan nilai tukar rupiah tetap stabil,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga menerapkan kebijakan makroprudensial longgar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, antara lain melalui insentif likuiditas dan digitalisasi sistem pembayaran.

Ia menyatakan bahwa insentif tersebut diberikan kepada industri perbankan untuk penyaluran pembiayaan ke berbagai sektor untuk meningkatkan kapasitas perekonomian nasional, termasuk hilirisasi pertanian dan UMKM pangan.

“Digitalisasi sistem pembayaran juga terus kami arahkan untuk mendukung penyaluran bantuan sosial, elektronifikasi transaksi keuangan pemerintah daerah, serta kerjasama sistem pembayaran QRIS dengan ASEAN maupun negara lain,” kata Perry.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...