Indosat (ISAT) Raup Laba Rp 2,73 Triliun di Semester I 2024

Nur Hana Putri Nabila
30 Juli 2024, 19:39
Indosat
Indosat
Indosat
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

PT Indosat Tbk (ISAT) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 2,73 triliun selama semester I 2024. Laba tersebut naik 43,3% dari periode yang sama sebelumnya Rp 1,90 triliun. 

Sejalan dengan kenaikan laba, pendapatan perusahaan juga ikut terkerek 13,4% menjadi Rp 27,97 triliun. Sebelumnya Indosat membukukan pendapatan Rp 24,67 triliun pada periode yang sama sebelumnya 2023.

Manajemen Indosat menyebut kontribusi pendapatan usaha Indosat dari layanan seluler, multimedia interaktif, data dan internet (MIDI), serta telekomunikasi tetap masing-masing sebesar 84,4%, 14,0%, dan 1,6%.  Hal ini diikuti kenaikan pendapatan dari sejumlah bisnis perusahaan. 

  • Pendapatan seluler naik 11,4% secara tahunan (yoy) terutama didorong kenaikan pendapatan dari layanan data, meskipun terjadi penurunan dalam pendapatan dari layanan telepon dan jasa nilai tambah.
  • Pendapatan dari MIDI naik 29,3% yoy didorong oleh kenaikan pendapatan dari internet tetap, konektivitas tetap, dan layanan IT.
  • Pendapatan dari Telekomunikasi Tetap turun 1,9% yoy karena penurunan pendapatan dari layanan telepon internasional.

Beban Indosat Meningkat

Manajemen menyampaikan bahwa terjadi beban perusahaan, terutama dari kenaikan beban penyelenggaraan jasa, beban penyusutan dan amortisasi, beban karyawan dan beban pemasaran.

"Kamudian kenaikan beban umum dan administrasi dan penghasilan (beban) operasional lain-lain - bersih,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (30/7).

Tercatat beban Indosat mencapai Rp 22,22 triliun meningkat 11,6% yoy pada Juni 2024. Secara rinci, beban penyelenggaraan jasa meningkat Rp 678,7 miliar atau naik 6,5% karena kenaikan beban sewa dan jasa, beban kemitraan, beban interkoneksi, dan instalasi, meskipun beban pemeliharaan dan frekuensi menurun.

Kemudian beban penyusutan dan amortisasi naik 6,9% sebesar Rp 499,9 miliar per Juni 2024. Hal itu disebabkan oleh penyusutan dari tambahan aset tetap dan aset hak-guna akibat penggelaran jaringan serta amortisasi aset tidak berwujud lainnya.

Lalu beban karyawan meningkat Rp 73,9 miliar atau 3,9% karena kenaikan gaji karyawan, biaya pengobatan, insentif, dan imbalan kerja lainnya. Beban pemasaran naik Rp 398,6 miliar atau 67,9%. Hal itu disebabkan oleh kenaikan biaya akuisisi pelanggan melalui perluasan distribusi pedesaan, agen pemasaran, dan pelayanan pelanggan, meskipun beban iklan menurun.

Tak hanya itu, beban umum dan administrasi perusahaan juga naik sebesar Rp 121,2 miliar atau 35,0%, terutama karena peningkatan beban jasa profesional dan hubungan masyarakat.

Sebaliknya, beban operasional lain menurun Rp 542,3 miliar atau 86,9%. Hal itu disebabkan oleh penurunan keuntungan bersih satu-kali dari jual dan sewa balik aset pada 2023. Sementara beban lain-lain, Indosat mencapai Rp 2.03 triliun, turun atau 13,4% lebih rendah dibandingkan semester I 2023. 

Penurunan ini disebabkan oleh biaya keuangan yang lebih turun Rp 203,3 miliar, terutama karena turunnya bunga pinjaman dan keuntungan yang lebih tinggi pada nilai tukar mata uang asing sebesar Rp 125,4 miliar. Kemudian diimbangi oleh turunnya pendapatan bunga Rp 14,3 miliar.

Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar

Jika dilihat dari sisi neraca, aset lancar turun sebesar 13,1%, menjadi Rp 13,44 triliun pada Juni 2024. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya beban dibayar di muka, kas dan setara kas, serta persediaan. 

Aset tidak lancar justru naik tipis 0,1% menjadi Rp 99,33 triliun kare peningkatan aset tetap, meskipun ada penurunan dalam aset tak berwujud. Liabilitas jangka pendek juga turun 6,5% menjadi Rp 31,91 triliun, terutama karena berkurangnya utang pengadaan, kewajiban imbalan kerja jangka pendek, dan utang pajak.

“Meskipun terjadi peningkatan utang usaha, liabilitas sewa, dan bagian jangka pendek dari sukuk dan obligasi,” ujarnya. 

Selain itu, liabilitas jangka panjang juga turun 0,7% menjadi Rp 46,52 triliun, yang diakibatkan oleh penurunan pinjaman jangka panjang, meskipun ada kenaikan dalam kewajiban sewa pembiayaan.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...