Rupiah Berpotensi Menguat, Didorong Optimisme Penurunan Suku Bunga The Fed
Sejumlah analis memproyeksikan nilai tukar rupiah hari ini berpotensi menguat setelah Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal penurunan suku bunga pada September 2024.
Ketua The Fed Jerome Powell sempat mengatakan, bahwa The Fed siap mengurangi biaya pinjaman setelah pertemuan berikutnya pada September mendatang, jika laju inflasi sejalan dengan target 2%.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada level Rp 16.248 per dolar AS pada perdagangan pukul 10.00 WIB. Nilai tersebut menguat 11.50 poin atau 0,07%.
Menurut Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra, pernyataan Powell pascapengumuman hasil kebijakan moneter The Fed, secara eksplisit membuka kemungkinan pemangkasan 25 basis poin pada September 2024.
Ariston menilai, pernyataan The Fed mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Indeks dolar AS pada pagi ini terlihat sudah turun di bawah level 104.
"Hari ini rupiah bisa menguat terhadap dolar AS karena sikap The Fed tersebut," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (1/8).
Ariston menambahkan, data inflasi Indonesia pada Juli 2024 yang akan dirilis siang ini juga diperkirakan stabil. Hal tersebut juga bisa memberikan sentimen positif terhadap rupiah.
"Potensi penguatan rupiah ke arah Rp 16.180 hingga Rp 16.200 dengan potensi resisten sekitar Rp 16.280 per dolar AS hari ini," kata Ariston.
Investor Nantikan Data Ekonomi AS, RI dan Cina
Senada dengan Ariston, Pengamat Komoditas dan Pasar Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan menguat terhadap dolar AS setelah hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Lukman melihat, penguatan rupiah akan cenderung terbatas karena investor masih menantikan sejumlah data ekonomi pada hari ini dan besok. Di antaranya pada hari ini data manufaktur Cina, inflasi Indonesia dan malamnya manufaktur AS.
"Dengan begitu, pergerakan rupiah pada hari ini berkisar Rp 16.225 hingga Rp 16.325 per dolar AS," ujar Lukman.
Tak berbeda dengan dua analis lain, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana melihat peluang penguatan rupiah di tengah sinyal dovish dari The Fed. Sehingga, rupiah bisa terapresiasi Rp 16.120 hingga Rp 16.270 per dolar AS.
Namun pasar perlu mengantisipasi rilis data PMI Manufacturing Indonesia karena berada di zona kontraksi pertama kalinya sejak Agustus 2021. "Kemungkinan apresiasi rupiah akan sedikit terbatas," kata Fikri.