RI Alami Deflasi 3 Bulan Beruntun Imbas Penurunan Konsumsi Makanan dan Rokok
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada Juli 2024 mencapai 0,18% secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024.
"Deflasi bulan ini lebih dalam dibandingkan bulan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada tahun ini," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/8).
Amalia menuturkan, komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,92% secara bulanan. Dia menjelaskan, kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan rokok tembakau dengan deflasi sebesar 0,97%. Kelompok tersebut memberikan andil deflasi sebesar 0,28%.
Angka tersebut menunjukan dalam tiga bulan terakhir terjadi deflasi yang terutama disumbang oleh volatile food dan deflasi terjadi secara bulanan. "Ini sebenarnya pernah terjadi dulu pada Juli sampai September 2020, ini bukan hal pertama kali,"kata Amalia.
Seperti diketahui, deflasi bisa terjadi karena adanya penurunan harga atau penurunan permintaan, terutama jika produksi barang atau jasa melebihi permintaan pasar.
Penentuan Daya Beli Harus Hati-hati
Meskipun begitu, Amalia memastikan deflasi tiga kali bulan beruntun bukan berarti terjadi penurunan daya beli. Amalia menegaskan bahwa penentuan lesunya daya beli masyarakat harus hati-hati.
"Ini perlu ada analisa lebih lanjut karena penurunan harga belum tentu menandakan penurunan daya beli masyarakat karenan kita harus mengetahui penyebab dari deflasi itu," kata Amalia.
Berdasarkan hasil rapat pengendalian inflasi daerah, salah satu upaya untuk meredam inflasi komoditas harga bergejolak adalah memastikan jumlah supply yang cukup di pasar. Pasokan di pasar sudah cukup ternyata menjadi penyebab deflasi harga barang tersebut.
"Untuk itu berkontribusi komponen makanan dan minuman ini penyumbang deflasi komponen harga bergejolak" ujar Amalia.
Amalia menambahkan, emas perhiasan, kopi bubuk, sigaret mesin dan sigaret kretek tangan juga menyumbang andil inflasi masing-masing 0,01%. Kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi 0,04% atau inflasi 0,09%.
"Perlu hari-hati dalam menyimpulkan pelemahan daya beli sehingga deflasi bukan satu-satunya indikator pelemahan daya beli masyarakat," ujar Amalia.