BI Ungkap Alasan Masih Menahan Suku Bunga 6,25% Meski Inflasi Rendah

Rahayu Subekti
2 Agustus 2024, 15:53
BI
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024 di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024). KSSK melaporkan stabilitas sistem keuangan pada triwulan II 2024 masih terjaga di tengah peningkatan tekanan pasar global dan risiko geopolitik dunia yang masih tinggi.
Button AI Summarize

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan alasan suku bunga acuan atau BI Rate belum turun meski inflasi rendah. Saat ini, suku bunga Bank Indonesia masih bertahan pada level 6,25% sejak kenaikan pada April 2024.

Perry menegaskan bahwa seharusnya BI Rate sudah bisa dipangkas. “Kenapa kemarin setelah April 2024 kami naikkan menjadi 6,25%?. Dalam dua bulan kemarin kami tahan karena mestinya BI Rate itu sudah turun,” kata Perry dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (2/8).

Padahal, Perry menyebut suku bunga BI ditentukan dari bagaimana proyeksi inflasi ke depan. Sementara saat ini, Perry menyebut inflasi di Indonesia pada tahun ini sudah rendah. “Bahkan tahun depan juga rendah, masih di dalam target 2,5 plus minus 1%. Mestinya turun,” ujar Perry.

Meskipun proyeksi inflasi kian positif, bank sentral tidak bisa begitu saja menurunkan suku bunga acuan. Sebab, BI perlu menjaga stabilitas keuangan di tengah kondisi global yang masih tidak menentu.

Salah satu masalah yang dihadapi yaitu tingginya utang luar negeri di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa. “Besarnya utang luar negeri AS akan berpengaruh pada US Treasury Note dan US Treasury Bond,” kata Perry.

Peluang Penurunan Suku Bunga The Fed

Sejumlah analis memperkirakan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) diperkirakan bakal memangkas suku bunga acuan pada September 2024 mendatang.

Jika hal tersebut terjadi, Perry menyebut terdapat kemungkinan suku bunga US Treasury Note turun lebih cepat. Sementara US Treasury Bond masih akan tinggi dan kemungkinan akan meningkat.

Perry juga menyoroti pengaruh keluarnya modal dari negara maju, termasuk yang terjadi di Indonesia. Pada kuartal I dan II 2024, banyak yang menjual surat berharga negara (SBN) sehingga mempersulit dalam melakukan kebijakan moneter dan fiskal.

Untuk itu, BI mengintervensi dengan memborong rupiah dan valas di pasar spot untuk menjaga stabilitas nilai tukar. "Jadi kami sampaikan, dari kebijakan APBN memang belum perlu naikkan lelang SBN, karena itu SRBI kami dorong," kata Perry.

Tanggapan Sri Mulyani Soal Inflasi

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan inflasi saat ini menurun dan tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1%. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) per Juni 2024 mencapai 2,51% secara tahunan sejalan dengan rendahnya inflasi inti dan inflasi administered prices yang masing-masing 1,90% dan 1,68%.

Sementara itu, inflasi volatile food juga turun cukup dalam di sebagian besar wilayah Indonesia sehingga tercatat sebesar 5,96% secara tahunan. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 8,14%.

Dia menjelaskan, perkembangan positif ini dipengaruhi oleh peningkatan pasokan pangan seiring berlanjutnya musim panen.

"Kemudian dampak positif dari sinergi pengendalian inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) di berbagai daerah,” ujar Sri Mulyani.

Sementara itu, inflasi IHK Juli 2024 turun menjadi 2,13% secara tahunan. Hal ini ditopang oleh inflasi volatile food yang turun menjadi 3,63% secara tahunan dan administered prices turun 1,47%. Sedangkan inflasi inti meningkat menjadi 1,95% secara tahunan.

“Ke depan, pemerintah dan Bank Indonesia meyakini inflasi IHK tetap terkendali dalam kisaran 2,5% plus minus 1% pada tahun 2024 dan 2025,” kata Sri Mulyani.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...