Ekonom Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat pada Kuartal II, Tumbuh 5%

Happy Fajrian
3 Agustus 2024, 10:47
pertumbuhan ekonomi,
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/Spt.
Rangkaian kereta Lintas Raya Terpadu (LRT) melintas di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Jumat (3/5/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II sekitar 5% secara tahunan. Proyeksi tersebut lebih lambat dibandingkan capaian pada kuartal I sebesar 5,11%.

“Kami memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat, namun tetap berkisar 5% yoy di kuartal II-2024,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta, Sabtu (3/8).

Menurut dia, pertumbuhan yang masih berada di kisaran 5% terutama didorong oleh permintaan domestik, yang relatif tetap kuat meskipun terjadi penurunan permintaan eksternal.

Sedangkan melemahnya permintaan eksternal sebagian besar disebabkan oleh perlambatan ekonomi global, terutama Cina, yang pertumbuhan ekonominya melambat secara signifikan dari 5,3% pada kuartal pertama tahun ini menjadi 4,7% pada kuartal kedua.

Namun, permintaan domestik juga diperkirakan akan melambat pada kuartal kedua karena beberapa faktor, yakni konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan investasi swasta.

Josua mengatakan pergeseran bulan Ramadhan dari kuartal kedua ke kuartal pertama tahun ini dapat mengurangi pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal kedua, yang biasanya mengalami lonjakan selama periode ini.

Karena konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh perekonomian Indonesia, pergeseran tersebut dapat berdampak pada PDB secara keseluruhan.

Selanjutnya, belanja pemerintah diperkirakan akan melambat secara signifikan seiring dengan normalisasi belanja setelah Pemilu 2024. Sementara investasi swasta kemungkinan akan tetap lemah, seperti yang ditunjukkan oleh PMI manufaktur yang menurun.

Berdasarkan data S&P Global, PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024 terkontraksi 1,4 poin secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi 49,3 dari 50,7 pada Juni.

Hal tersebut mencerminkan pendekatan "wait and see" yang terus berlanjut di kalangan produsen, didorong oleh ketidakpastian atas agenda kebijakan ekonomi pemerintah baru dan risiko yang terkait dengan perlambatan ekonomi global.

Termasuk dampak yang bersumber dari risiko suku bunga kebijakan "higher for longer" oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed yang menyebabkan pelemahan rupiah. “Kami melihat bahwa hal ini memang menghambat rencana ekspansi bisnis,” kata Josua.

Proyeksi LPEM FEB UI

Senada, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh dalam kisaran 4,97-5,01% secara tahunan pada kuartal II 2024.

“PDB diperkirakan tumbuh 4,97-5,01% di kuartal II 2024 dan 5-5,1% untuk tahun fiskal 2024, didorong oleh minimnya faktor pendorong musiman dan tingginya ketidakpastian domestik dan global,” kata Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky.

Ia mengatakan bahwa perekonomian Indonesia secara umum relatif melemah pada kuartal II tahun ini dibandingkan kuartal sebelumnya.

Hal tersebut dikarenakan tidak adanya faktor musiman yang memicu aktivitas ekonomi, tingginya ketidakpastian global, serta berlanjutnya permasalahan struktural, sehingga berdampak negatif terhadap pertumbuhan PDB.

“Lebih lanjut, ketidakpastian mengenai arah kebijakan oleh pemerintahan mendatang juga mendorong masyarakat cenderung menahan konsumsinya dan investor bersikap wait-and-see,” ucapnya.

Dia menambahkan bahwa ketidakpastian kebijakan domestik seiring dengan masa transisi pemerintahan serta ketidakpastian global akibat sentimen terkait langkah the Fed juga memicu arus modal keluar pada kuartal tersebut.

Berbagai faktor tersebut mengakibatkan depresiasi terhadap nilai rupiah hingga 6,33% year-to-date (ytd) pada akhir Juni 2024 serta kemungkinan melambatnya pertumbuhan PDB pada kuartal II 2024.

Meskipun begitu, ia menuturkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia masih dapat terkerek oleh kinerja neraca perdagangan yang membaik. Surplus perdagangan tercatat sekitar US$ 8,04 miliar ditopang oleh naiknya permintaan global dan harga untuk beberapa komoditas.

Selain itu, pertumbuhan PDB pada kuartal II tahun ini juga didorong oleh meningkatnya realisasi investasi berkat tingginya Penanaman Modal Asing (PMA), yang mencapai Rp 217,3 triliun, atau tumbuh 6,3% yoy.

Sementara itu, total realisasi investasi modal asing dan domestik pada kuartal II 2024 sebesar Rp 428,4 triliun, atau naik 6,7% secara tahunan dan 22,5% dibanding kuartal pertama.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan mengumumkan rilis Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2024 pada Senin (5/8).

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...