Penguatan Rupiah Terhambat, Imbas Memanasnya Kondisi Politik Indonesia?
Penguatan rupiah pada hari ini mengalami hambatan. Pada perdagangan sore ini terpantau mata uang rupiah ditutup melemah 100,5 poin pada level Rp 15.600 per dolar Amerika Serikat. Padahal, sebelumnya rupiah sempat menguat ke level Rp 15.400 per dolar AS.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hanya merespons singkat terkait kondisi rupiah tersebut dan hubungannya dengan demonstrasi besar di sejumlah kota yang sejak pagi berlangsung. “Kita tunggu saja,” katanya saat ditemui di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (22/8).
Ia juga tidak memberikan jawaban secara konkret terkait prospek penguatan rupiah. Airlangga hanya mengacungkan jempol kepada awak media.
Dalam kesempatan berbeda, ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan pelemahan rupiah bukan sepenuhnya disebabkan adanya demonstrasi dan kondisi politik Indonesia yang memanas. Pelemahannya justru tidak terlepas dari respons pasar terkait kondisi perekonomian global seperti Amerika Serikat.
Meskipun peluang pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), mengalami peningkatan, namun di saat bersamaan terjadi kekhawatiran terjadi resesi di negara tersebut.
Di sisi lain, Yusuf mengatakan perekonomian Cina juga tidak mengalami banyak perubahan. “Lesunya perekonomian Tiongkok memberikan dampak terhadap optimisme pasar keuangan terkait prospek perekonomian negara itu,” ujarnya
Dengan ketidakpastian yang muncul akibat prospek perekonomian dua negara penggerak ekonomi global tersebut, Yusuf berpendapat investor saat ini relatif mencari penempatan dana yang relatif aman. Mata uang dolar AS masih menjadi incaran atau tujuan utama investor dalam menempatkan aset saat ini.