Rupiah Diprediksi Fluktuatif dengan Peluang Penguatan Terhadap Dolar AS
Sejumlah Analis memperkirakan nilai tukar rupiah bakal bergerak fluktuatif pada hari ini. Pergerakan rupiah kali ini akan dipengaruhi prospek suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed dan data deflasi Indonesia.
Analis Komoditas dan Pasar Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah terhadap dolar AS. “Saat ini dolar AS masih melanjutkan rebound oleh menurunnya prospek pemangkasan suku bunga The Fed setelah data inflasi PCE,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Selasa (3/9).
Personal Consumption Expenditure (PCE) merupakan indeks yang mengukur tingkat kenaikan rata-rata harga dari konsumsi domestik. Indeks ini dirilis tiap bulan oleh Bureau of Economic Analysis (BEA) sebagai salah satu indikator tingkat inflasi di AS.
Menurut Lukman, saat ini investor juga mengantisipasi data tenaga kerja AS yang bisa lebih kuat pada pekan ini. Dia memperkirakan rupiah berkisar pada Rp 15.500 hingga Rp 15.600 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg hari ini pukul 09.10 WIB, rupiah berada pada level Rp 15.564 per dolar AS. Level tersebut meningkat 39,50 poin atau 0,25% dari penutupan sebelumnya.
Masih Ada Peluang Penguatan Rupiah
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana justru melihat peluang penguatan rupiah terhadap dolar AS. Namun penguatan tersebut akan cenderung terbatas.
“Hari ini kemungkinan rupiah akan terapresiasi, namun terbatas antara Rp 15.410 per dolar AS hingga Rp 15.610 per dolar AS,” ujar Fikri.
Fikri mengungkapkan pergerakan rupiah hari ini akan dipengaruhi PMI Manufacturing Indonesia yang terkontraksi selama dua bulan berturut-turut.
“Investor juga masih wait and see rilis PMI Maufacturing AS pada nanti malam dan penurunan ekspektasi suku bunga The,” kata Fikri.
Selain itu, pergerakan rupiah dipengaruhi deflasi atau penurunan harga barang dan jasa dalam empat bulan beruntun pada tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi secara tahunan mencapai 2,12% pada Agustus 2024.
"Ada juga pengaruh dari rilis deflasi pada Agustus 2024 dan mendorong peningkatan yield surat utang negara atau SUN yang masih akan ramai pada hari ini," kata Fikri.