Mengenang Faisal Basri, Pendiri Indef dan Ekonom yang Kritis terhadap Pemerintah
Ekonom Senior Faisal Basri meninggal dunia pada Kamis pagi (5/9) di usia 65 tahun. Dia dikenal sebagai ekonom yang kritis terhadap berbagai kebijakan ekonomi pemerintah.
Hal ini cukup berasalan, karena Faisal merupakan seorang akademisi, politikus dan pendiri Institute For Development of Economics and Finance (Indef) pada 1995 serta aktif di lembaga itu sampai 2000.
Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti menjadi salah seorang ekonom yang juga kehilangan sosok mentor senior itu. “Innalilahi wainnalilahi rojiun, insyaallah almarhum husnul khotimah,” kata Esther kepada Katadata.co.id, Kamis (5/9).
Selama mengenal sosok yang memiliki nama lengkap Faisal Nur Fiqih itu, Esther mengakui almarhum merupakan ekonom yang luar biasa. Menurutnya, Faisal selalu mengemukakan analisis yang tajam.
“Bagi kami, Pak Faisal Basri bukan hanya pendiri Indef, tetapi beliau adalah begawan dan mentor serta Bapak bagi kami semua di Indef,” ujar Esther.
Jejak Rekam Faisal Basri
Faisal merupakan lulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI). Keponakan dari mendiang Wakil Presiden Adam Malik itu lulus dari UI pada 1985.
Tak berhenti dari situ, Faisal melanjutkan pendidikan S2-nya lalu sukses meraih gelar Master of Arts bidang ekonomi di Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika pada 1988. Faisal bahkan sudah berkarir di bidang akademisi sejak 1981.
Kala itu, Faisal mulai mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI. Dia mengajar untuk mata kuliah ekonomi politik, ekonomi internasional, ekonomi pembangunan, dan sejarah pemikiran ekonomi.
Faisal juga memberikan kontribusinya untuk pemerintahan. Dia pernah menjadi anggota Tim Perkembangan Perekonomian Dunia pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN pada 1985 hingga 1987 dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden pada 2000.
Tak hanya di bidang ekonomi, dia juga berkarir di dunia politik dengan mendirikan Majelis Amanah Rakyat (Mara) yang merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional (PAN). Saat itu, Faisal mengemban tugas sebagai sekretaris jenderal periode 1998-2000.
Setelah keluar dari partai, Faisal memutuskan terjun ke dunia polik dan dengan menggandeng Biem Benyamin. Mereka berdua sepakat mencalonkan diri sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2011.
Faisal dan Biem mencalonkan dari melalui jalur independen namun tidak berhasil memenangkan Pilkada 2012. Kala itu, dia memiliki suara lebih sedikit dibandingkan Joko Widodo (Jokowi), Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid.